Memimpin. Tugas manusia dimuka bumi adalah menjadi memimpin. Pengistilahan ini, sekurangnya mengadaptasi fungsi pemimpin dalam kehidupan, baik pada level mikro -individu, hingga makro -tatanan ekologis alam.
Dengan begitu, tentu terdapat kemampuan yang dibutuhkan seorang pemimpin. Hal ini dikarenakan aspek bidang kehidupan manusia sangatlah luas. Termasuk, meliputi kepentingan bagi dirinya, lingkup sosialnya, dan alam lingkungan disekitarnya.
Interaksi manusia, sosial dan alam ini membentuk sebuah ekosistem. Keseimbangan relasional terjadi. Satu dan lainnya saling terkait. Manusia mengelola dan memanfaatkan alam, bagi kehidupan.Â
Gerak maju perubahan, dari interaksi manusia dan alam bagi pemenuhan hajatnya, dengan melakukan eksploitasi, jelas berpotensi menurunkan fungsi alam sebagai tempat berlindung serta bernaung.
Bagi sebagian kalangan, kemajuan peradaban manusia, ditandai dengan pendekatan konflik. Sehingga, benturan manusia, sosial dan alam, adalah hal yang tidak terhindarkan.Â
Pada sisi lain, terdapat pula aliran naturalis, yang mencoba mendorong harmonisasi terhadap alam, untuk bisa mengambil manfaat, tanpa menimbulkan persoalan lebih jauh. Mungkinkah?
Kapitalisme Nir-Kebijakan
Bila kemudian menyimpulkan kajian Fred Madgoff & John Bellamy Foster, dalam buku Lingkungan Hidup dan Kapitalisme, 2018, maka manusia tidak hanya menjadi aktor utama bagi upaya mempergunakan alam dalam kerangka kemakmuran serta kesejahteraan.
Tidak hanya itu, manusia juga sekaligus bertindak sebagai pihak yang berperan paling penting, dalam menciptakan kerusakan alam. Buku ini menarik, serta memiliki relevansi situasional dengan apa yang terjadi saat ini.
Alam mempunyai mekanismenya sendiri. Relasi ekologis atas nama pembangunan ekonomi, dalam corak kapitalisme, mengakibatkan upaya dominasi manusia terhadap lingkungan sekitarnya terjadi.
Dalam kapitalisme, akumulasi modal adalah tujuan utamanya. Keuntungan dikejar, berhadapan dengan berbagai risiko yang semakin terbuka. Kemudahan hidup, dibayar mahal dengan dampak yang terjadi.