Ulah tangan manusia. Kerusakan di muka bumi adalah imbas dari perilaku manusia itu sendiri. Konsep pembangunan berwawasan lingkungan -eco developmentalism, kerap dilanggar. Upaya menundukan alam, kerapkali berakhir bencana alam.
Jika merujuk buku Elizabeth Kolbert, Kepunahan Keenam, Sebuah Sejarah Tak Alami, 2020, tergambar bagaimana proses menghilangnya spesies dalam ekosistem. Tidak hanya itu, daur hidup organisme, hingga berbagai flora dan fauna tidak luput dari mekanisme alam.
Kajian Kolbert nampak sedikit berbeda, bila dibandingkan dengan skema evolusi yang mengacu pada The Origin of Species ala Charles Darwin, dengan penekanan pada proses adaptasi dan seleksi secara alamiah.Â
Temuan baru dari penelitian Kolbert adalah tentang dominasi antar spesies. Hal itu menunjukan bahwa proses kepunahan tidak berlangsung secara alami. Terdapat situasi yang cukup untuk menyingkirkan satu spesies, sebagai basis perkembangan spesies baru.
Apa yang hendak diuraikan Kolbert secara perlahan dalam buku setebal 280 halaman itu, adalah untuk meyakinkan kita bahwa ketidakpedulian jangka pendek atas keseimbangan ekosistem, pada akhirnya akan berpotensi menjadi petaka bagi kehidupan di masa mendatang.
Hilangnya spesies katak emas Panama, penguin besar Islandia, hingga badak Sumatera, termasuk fenomena pembentukan bentang karang besar Australia, tidak luput menjadi fokus penelitian yang komprehensif. Sebuah telaah ilmiah, yang dikemas populer.
Fase kepunahan, terjadi seiring dengan pertarungan kepentingan antar spesies. Bukan sekedar persoalan beradaptasi, melainkan tentang kemampuan untuk memenangkan kompetisi, memainkan peran secara dominan, hingga penguasaan.
Fenomena hilangnya pinguin besar Islandia, yang menjadi bahan buruan dan makanan para pelaut yang datang, menandakan ruang peta konflik terbuka. Setiap level, bahkan antar level dalam taksonomi kehidupan spesies, terjadi proses eliminasi secara dinamis
Bukan hanya spesies flora fauna, bahkan momentum kepunahan dari rintisan awal manusia yakni Homo Neanderthal, terjadi dalam model serupa. Diyakini terlibat dalam kompetisi sengit dengan sejenisnya, dalam kelompok Homo Sapiens.
Meski memiliki peta genetik yang sama, berbagai jenis spesies yang berbeda ini, bertarung dan memperebutkan batas wilayah teritorri. Dalam imajinasi yang bebas, juga sangat mungkin berebut dalam persaingan menguasai sumberdaya, termasuk memperluas pengaruh, kekuasaan dan kepatuhan.
Keseimbangan Ekosistem