Membludak! Antrean pengobatan alternatif Ningsih Tinampi dari Pasuruan, Jawa Timur, telah penuh terdaftar hingga 2021. Jumlahnya sekitar 30.000 pasien.
Dibalik semua kontroversinya. Itulah wajah dunia kesehatan kita. Bahkan saking panjangnya antrian pasien reguler, sampai dibuat jalur khusus -fast track.
Pasien yang datang pun sangat beragam latar belakangnya. Mulai dari soalan psikis sampai memang problem medis. Semua penyelesaiannya, cuma Ningsih Tinampi yang mampu menjawab.
Sementara itu, dalam realitas sistem kesehatan nasional, program BPJS Kesehatan justru terus berhadapan dengan problem defisit menahun yang tidak kunjung terselesaikan.
Efek Populer Bandwagon
Kedua fenomena itu menarik untuk dikaji. Apa pelajaran pentingnya?
Pertama: edukasi masalah kesehatan medis, masih berhadapan dengan basis kepercayaan tradisional. Penyelesaian ilmiah, berhadapan dengan aspek metafisik -yang tidak kasat mata.Â
Kedua: publik selalu berupaya mencari jalan keluar secara mandiri dari persoalan yang dihadapinya. Termasuk untuk mencoba pengobatan alternatif, guna mendapatkan kesembuhan.
Ketiga: keberhasilan dari pengobatan alternatif, satu yang bisa dipastikan adalah tentang sugesti melalui testimoni. Referensi word of mouth lebih memiliki makna, dibandingkan ilmu dan peralatan kedokteran canggih.
Keempat: viralitas menunjang popularitas. Maka terpaan media, dan percepatan penyampaian pesan melalui dunia digital, bergerak melampaui ruang batas wilayah dan aktif menghampiri para pasien yang berharap terbebas dari penyakit.
Kejadian sebagaimana Ningsih Tinampi bukan kali ini saja, dulu bahkan ada Ponari sang bocah pencelup batu yang terkenal mujarab. Apa yang populer, kemudian menjadi trend, membentuk apa yang dalam bahasa ilmu komunikasi sebagai Bandwagon Effect, yakni efek ikutan dari histeria arus massa.