Refleksinya, koalisi politik yang semakin gemuk, membuat kawan koalisi semakin sesak, sulit bergerak, berangkulan dan berpelukan bukan pilihan dan pertanda persetujuan, bisa jadi isyarat berbeda manakala ruang kekuasaan tidak terbagi merata.Â
Mungkin masih mengingat soal keringat kampanye yang belum lagi kering. Tapi itulah politik praktis kita hari-hari ini, dinamikanya sangat cair dan bergerak berdasarkan intuisi mengejar kekuasaan.
Tamparan Wajah Politik
Dramaturgi dan ruang intim itu berhadapan dengan upaya negosiasi wajah. Maka ketika aktor politik tengah berbicara soal mencari muka atau sekaligus menampar wajah. Sebagai akibat usulan politik untuk pengajuan tambahan bagi waktu kekuasaan, maka tafsirnya menjadi berbeda.
Format face negotiation theory adalah satu bagian dari ilmu komunikasi yang dapat menjelaskan dan telah dikembangkan, dengan menempatkan muka atau wajah sebagai identitas kultural, baik menjadi simbol individu ataupun identitas kelompok.Â
Maka diksi dari kalimat menyelamatkan wajah, ataupun mencari muka, adalah bagian dari bentuk episode konflik. Pun hal ini terjadi di ranah politik. Mudah dipahami, bila periode kampanye adalah masa etalase dengan tampilan wajah ramah senyum.
Dengan begitu, bagi aktor politik, kompromi dalam wajah yang tersenyum secara simbolik, adalah sebuah hal yang temporal, sifatnya jangka pendek.Â
Titik persambungan dari beberapa teori tersebut seolah saling terkait, para aktor memainkan peran, membangun ruang jarak yang hangat dan ideal, dengan menggunakan selubung peran, yang ditampilkan dengan menggunakan topeng-topeng wajah.
Politik rangkul tampar adalah gambaran pragmatisme dalam upaya menuju kekuasaan. Permainan peran, di panggung politik dimainkan seolah mengabaikan kemampuan dan kecerdasan publik dalam membaca gerak laku sandiwara. Tentu membosankan.
Wajah asli para aktor politik akan terkuak, seiring dengan keberadaan kekuasan. Sebagaimana, Abraham Lincoln sampaikan, "Jika Anda Ingin Menguji Karakter Seseorang, Maka Berilah Dia Kekuasaan".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H