Beyond the Box! Komposisi atas pilihan Kabinet Indonesia Maju, tidak hanya keluar dari kotak -out of the box, tetapi sekaligus melampauinya.
Terlalu dini untuk menilai bagaimana performa yang akan dihasilkan melalui unjuk kinerja masing-masing menteri. Tetapi jelas diperlukan bantuan melalui banyak saran, untuk mencapai hasil terbaik.
Problem utamanya, pernyataan di bagian awal pembentukan kabinet telah jelas terbaca: Orientasi Hasil. Hal ini mengakibatkan berbagai konsekuensi turunan. Padahal, proses dan hasil adalah kesatuan seirama. Ada reaksi timbal balik antara keduanya.
Bila tidak mampu memahami relasi tersebut, reduksi makna bisa terjadi, hanya untuk mencapai tujuan, bahkan dengan segala cara yang belum tentu benar. Ada persoalan etika dibalik sebuah pertimbangan, yang tidak selalu sejalan dengan hasil.Â
Bagaimana pun kerancuan itu perlu dikoreksi, terutama melalui rumusan program kerja di setiap kementerian. Agar tujuan pembangunan yang besar, tidak menghilangkan esensi besar itu sendiri, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pekerjaan Rumah Mas Menteri
Salah satu sorotan tertuju pada peran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan -Kemendikbud. Terpilihnya Nadiem Makarim, yang dikenal sebagai pendiri dan CEO Gojek mendapatkan banyak pertanyaan publik.
Kesuksesan perusahaan rintisan tersebut menjadi decacorn dengan valuasi bisnis diatas 10 miliar dollar, adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Sosok Nadiem memberi pengaruh besar di bidang digital.
Karena itu pula, keterpilihan Nadiem ditujukan bagi upaya membangun lompatan besar -quantum leap, untuk dapat membangun sistem pendidikan nasional selaras dengan era disrupsi serta menciptakan skema link and match ke dunia industri.
Setelah sebelumnya dipisah, pendidikan tinggi kembali masuk dalam wilayah kelolaan Kemendikbud. Kompleksitas bidang kerjanya semakin meluas, mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga tinggi, termasuk perguruan negeri dan swasta.
Jangan lupa didalamnya terdapat aspek pendidikan dan kebudayaan. Dengan begitu, tidak hanya akan berbicara tentang persekolahan saja, tetapi tentang pendidikan secara menyeluruh dengan perangkat tata nilai sebagai bingkai moralitas serta budaya.
Meski bukan akademisi, penunjukan Nadiem perlu diapresiasi. Tekad untuk belajar cepat di bagian permulaan kerja sebagai Mendikbud membutuhkan banyak dukungan. Era disrupsi memang melanda dunia pendidikan, tetapi tidak lantas menempatkan jawaban utama hanya pada digitalisasi sebagai medium.