Satu yang bisa menyelamatkan arus politisasi Esemka adalah kemauan pemerintah untuk mengadopsi Esemka dalam konteks rencana pembangunan yang Indonesiasentris, ditopang oleh penguatan ekonomi di pedesaan.
Bila kemudian mengharapkan Esemka yang sudah susah payah dibicarakan tanpa jelas bentuknya, hingga akhirnya kemudian kini hadir di tengah-tengah publik, dan harus bertarung secara komersial dengan berbagai pabrikan otomotif swasta asing lainnya yang telah mapan, tentu sebuah kesia-siaan.
Pemerintah harus mampu memberikan dukungan  penuh, tidak hanya mendorong, tetapi juga memfasilitasi bahkan memberikan ruang prioritas bagi karya anak bangsa. Tapi ini kan murni investasi swasta? Mengapa tidak dilepaskan pada mekanisme pasar? Jika logika itu yang dibangun dengan format Esemka yang saat ini ada, maka kita sejatinya melihat ketidaksungguhan bagi dukungan produk lokal untuk mampu berjaya dan berkompetisi di tahap permulaan.
Situasi tersebut, sekaligus membuat gagasan tentang sentimen produk lokal tidak lain sebagai jargon politik semata!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H