Diskusi ruang publik menghangat, terlebih ada perbedaan pandang antara KPAI dan Djarum Foundation, terkait audisi bulutangkis talenta muda.Â
Tidak sedikit pihak yang menghujat KPAI, terlebih netizen. Banyak pula yang mendukung PB Djarum sebagai entitas yang bergerak di bidang keolahragaan.
Posisinya dilematis, olahraga identik dengan kesehatan, sementara rokok dan merokok terasosiasi dengan dampak buruk bagi kesehatan. Situasi ini mirip dengan penggunaan dana cukai rokok untuk tambalan defisit BPJS Kesehatan.Â
Dalam kasus tersebut, seolah BPJS Kesehatan patut berterima kasih bagi seluruh perokok aktif nasional, karena sumbangsihnya bagi keberlangsungan program.
Uniknya, BPJS Kesehatan juga melayani berbagai jenis penyakit yang timbul bersamaan dengan kebiasaan merokok tersebut. Belum seberapa lama, seorang tokoh kehumasan nasional bidang kebencanaan berpulang, tersebab kanker paru yang dialaminya.Â
Dalam video testimoni yang banyak tersebar di sosial media, terungkap sang tokoh terpapar asap rokok dari lingkungan kerjanya, padahal dirinya bukanlah seorang perokok.
Pesan itu begitu kuat, dampak rokok bagi kesehatan kerap dimaknai dalam bentuk penyangkalan -denial bagi si perokok, tetapi justru terbukti bagi orang-orang lain yang berada disekitar perokok aktif.Â
Bahkan sekedar guyonan, terdapat ujaran "dari pada jadi perokok pasif, lebih baik sekalian jadi perokok aktif". Toh menjadi perokok aktif sekaligus sebagai pahlawan negara dengan memberikan kontribusi cukai bagi pembangunan.Â
CSR dan Pesan Sponsor
Kembali ke pokok soal terkait olahraga dan sponsorship organisasi yang terafiliasi rokok, bagaimana memahaminya?Â
Dalam komunikasi pemasaran, kita memahami bentuk kesadaran perusahaan untuk memberi dampak bagi lingkungan sosialnya kini terbingkai dalam format corporate social responsibility -CSR. Ranah bidang CSR tersebut tidak terpisahkan sebagai salah satu bentuk dari varian komunikasi pemasaran.
Jadi, terlalu sederhana melihat persoalan soft selling brand dalam CSR sebagai inisiatif yang terpisah dari kepentingan untuk melakukan edukasi merek produk. Kenapa begitu?Â