Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Debat, Persuasi dan Retorika

20 Januari 2019   22:08 Diperbarui: 20 Januari 2019   22:16 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upaya membujuk, merayu dan mendorong perubahan pilihan, harus dibangun dengan cara yang meyakinkan. Dengan demikian, persuasi tidak terjadi di ruang yang kosong, harus ada pra kondisi yang menyertai jauh sebelum debat dimulai. Karena debat sebagai sebuah pertarungan gagasan, bersifat jangka pendek, meski memberi dampak pengaruh.

Kemampuan persuasi, terkait dengan kemampuan melakukan retorika seni berbicara dan mengolah panggung podium menjadi sarana bagi penciptaan tidak hanya kognisi -pengetahuan publik, tetapi juga afeksi -emosi, yang diharapkan membentuk preferensi sebagai landas tindakan -konasi.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Persuasi menempatkan aspek yang serangkai dalam kaitan kemampuan serta kriteria guna mengirim pesan, sesuai makna yang diharapkan dapat ditangkap oleh khalayak, diantaranya (a) ethos -kredibilitas sumber, (b) pathos -membangun interaksi emosi, (c) logos -membangun logika rasional.

Dengan begitu, pasangan calon dan tim sukses, harus bekerja keras baik pra maupun pasca debat. Juru kampanye seharusnya mampu mensosialisasikan gagasan itu jauh sebelum debat dimulai, dan semakin memperkuat ide kandidat setelah tahap proses debat selesai.

Retorika memberi ruang setidaknya, penguasaan panggung dalam beberapa teknik, semisal (a) glittering generalities -penggunaan kata yang baik, semisal menarik relasi tematik dari forum perdebatan  menuju konsepsi besar atas visi Indonesia Maju atau Indonesia Menang, dan (b) plain folk -diksi yang merakyat, mengubah pilihan kata "saya" menjadi "kita", membangun imaji kesetaraan. Menempatkan sekaligus meletakan "saya" sebagai otoritas tanggung jawab, sementara "kita" menjadi bentuk solusi konkrit bagi masalah bersama dalam kebersamaan.

Di bagian akhir, setelah gemerlap studio debat berakhir, maka perlu memastikan keterukuran pesan yang disampaikan dengan membaca penilaian publik. Polling dan survey dapat dilakukan, media sosial bisa dimanfaatkan sebagai alat indikator awal, dan setelah itu bersiap kembali untuk forum debat selanjutnya. Pada debat kali ini, para pasangan masih terlalu grogi dan skor pun masih relatif imbang, dalam sebuah perdebatan maka nilai seri bukanlah keuntungan bagi kedua kandidat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun