Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menembus hingga Hakikat Filsafat

14 Oktober 2018   17:28 Diperbarui: 14 Oktober 2018   17:31 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem penalaran adalah definisi singkat berfilsafat, tetapi perlu diimbuhkan tambahan penjelasan tentang tujuannya untuk menangkap hakikat, yang menjadi objek formalnya.

Jika demikian, pertanyaan selanjutnya, apa itu hakikat? Hal ini dimaknai sebagai tilikan atas inti mendasar. Melalui filsafat, kita akan menangkap gejala-gejala untuk menembus sampai pada inti hakikat, mengungkap noumena dibalik fenomena. hakiki

Bagaimana caranya sampai pada level paling fundamental tersebut? Dengan melakukan abstraksi, dimana kita akan berusaha melepaskan unsur-unsur yang tidak diperlukan, sehingga kita akan mencapai kepada posisi mendalam.

Apa saja kategori abstraksi yang diperlukan? pertama fisik yang teramati, kedua matematik terkait dengan ukuran nilai dan ketiga metafisika -substansi yang tidak hakiki.

Tentu saja diantara semua pertanyaan yang penting tersebut, adalah pertanyaan tentang apa perlunya berfilsafat? Hal ini berkenaan dengan upaya untuk mendapatkan pengetahuan tentang manusia itu sendiri dalam kehidupannya, sebagai aras laku, dalam sikap, tindakan maupun budaya kerja sebagai kehidupan keseharian (lifeworld).

Berpikir dan Memikirkan

Sepanjang sejarah manusia, maka upaya untuk memahami dirinya sendiri dimulai dengan upaya untuk bertanya. Filsafat sendiri dimulai sejak waktu yang lama, merujuk pada Yunani kuno, hingga mendarat ke daratan Eropa melalui abad renaissance humanisme -rediscovery of man.

Lantas bagaimana langkah-langkah dalam berfilsafat? Tentu dimulai dari upaya menangkap realitas melalui data observasi, dilanjutkan dengan mengadakan kritik melalui membongkar kelemahan serta kekurangan, kemudian direfleksikan sebagai pengendapan maknawi, hingga mampu mengkonstruksikan pengetahuan atas filsafat itu sendiri, pada bentuk kesesuaian teks dalam konteks sehingga kontekstual.

Langkah selain abstraksi yang dapat dilakukan dalam berfilsafat dikenal pula pendekatan fenomenologi, dimana menempatkan dalam kurung seluruh data yang tidak diperlukan, hingga kemudian pada saat dibutuhkan akan dapat di-recall, sebagai refleksi rasional.

Filsafat juga merupakan rangkaian penalaran sebagai sistem terstruktur, dalam logika konsisten untuk sampai pada wujud hakikat. Keberlanjutan perkembangan filsafat dikemudian hari mendorong bertumbuhnya ilmu pengetahuan. Pada awalnya dimulai dengan terbentuknya ilmu alam -empiris analitis, ilmu budaya -historis hermeneutik hingga ilmu sosial kritis.

Kembali ke pertanyaan awal, jika filsafat adalah upaya berpikir lantas apakah upaya memikirkan itu tidak akan sampai pada titik berhenti? Persis seperti ilustrasi buku Homo Sapiens karangan Yuval Noah Harari, hakikat manusia adalah mahluk berpikir yang didorong rasa keingintahuan yang besar terhadap segala sesuatu. Pada konteks filosofis rangkaian tanya yang tanpa henti itu, bisa berakhir pada pilihan kisah tragis ataukah kebahagiaan atas keberlanjutan masa depan kemanusiaan itu sendiri!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun