Momentum politik menjelang, parapihak yang terlibat semakin mengasah citra agar mengkilat dan terlihat memukau bagi audiens.
Kompetisi politik, kini bukan hanya masalah menyusun aktifitas kampanye massif secara terbuka, tetapi juga merancang kerangka sistematik membentuk impresi atas kesan ke dalam benak pemilih.
Perilaku pemilih kini menjadi fokus perhatian, dan soal tersebut sangat dipengaruhi aspek psikologis, rasional maupun emosional.
Peran penciptaan kesan, akan bermain dalam rentang pengaruh tersebut. Kini konsultan politik menjadi sebuah bidang baru, bertugas membentuk opini publik, melakukan survey dan memperkuat citra atas tokoh maupun partai politik.
Dalam aspek pemasaran kita mengenal skema segmentasi, targeting dan positioning. Pun diranah politik, penentuan klasifikasi pemilih menjadi dasar utama dari kegiatan pencitraan.
Pemilih pemula, tentu berbeda karakter dengan pemilih berulang yang telah memiliki pengalaman memilih dan bersentuhan secara politik.
Pemilih pemula dimulai dengan keterkaitan pada pengenalan tokoh, logo, lambang, tagline serta nomor urut. Sementara pemilih berulang sudah masuk pada konsep gagasan program serta memperhatikan keberhasilan partai.
Identifikasi pemilih loyal dalam makna memiliki kedekatan ideologis berbasis emosional, juga berbeda secara spesifik dari pemilih rasional dengan pendekatan programatik.
Maka tak ayal, para calon kandidat serta partai politik secara serius berbicara tentang slogan tematik diluar agenda programatik, yang yang terpenting adalah mengelola citra.
Menonjolkan citra sebagai pembela rakyat kecil, berpenampilan selayaknya masyarakat kebanyakan, serta merepresentasikan kelas tertentu dalam segmen dan target adalah beberapa opsi.
Permainan Citra