Bola  itu bundar! Tidak mudah melakukan prediksi dari sebuah pertandingan  sepakbola, hingga peluit akhir dibunyikan. Kita menikmati dan mendapatkan banyak momen dalam drama bernama Piala Dunia.
Perhelatan  permainan bola kaki sejagad ini, memang menyedot banyak perhatian.  Sesungguhnya menarik untuk mendapatkan pembelajaran dari gelaran Piala  Dunia diranah politik, yang akan segera bersusulan sebagai agenda  nasional.
Dalam  sepakbola, fokus tujuan utamanya adalah mencetak gol sebanyak mungkin ke  gawang lawan. Tugas yang tidak mudah. Hal yang serupa dalam politik  adalah berupaya memenangkan sebanyak mungkin kursi kekuasaan baik  ditingkat daerah maupun nasional.
Partai  politik ibarat tim sepakbola. Kolektifitas adalah tulang punggungnya.  Pada olahraga si kulit bundar, keunggulan individual kerapkali tidak banyak membantu, tanpa kesatuan gerak antar bagian didalam tim.
Pesona  dan kelebihan kualitas pemain secara pribadi, hanya akan dapat menjadi  keunggulan bila berpadu dengan kohesifitas organisasi dalam mencapai  tujuan utamanya.
Jadi  ketergantungan terhadap tokoh, apalagi berupaya menempatkan figur  sentral dalam gaya bermain "one man show", sangat mungkin menimbulkan  rasa frustasi. Sebaiknya strategi ini bukan menjadi pilihan utama.
Efektifitas  serangan dalam menghasilkan gol, bisa diset up melalui lini per lini  dengan pendekatan umpan pendek maupun loop operan panjang, atau mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut.
Pada  dunia politik pencapaian pemenangan keseluruhan dimulai dari upaya  kemenangan dari level terendah area pemilihan kabupaten/ kota.
Organisasi  kesebelasan, menempatkan para pemain dalam posisi dan tanggungjawab  masing-masing. Termasuk peran pelatih, captain, penjaga gawang, striker  dan bek pertahanan maupun gelandang berkontribusi. Jadi pemahaman akan  peran serta tugas dan tanggungjawab adalah sebuah keharusan, pun didunia  politik.
Uji coba dan  berlatih, bagi klub sepakbola, adalah kawah candradimuka sebelum fase  tanding knock out pada sebuah kompetisi. Jangan banyak berharap  kemenangan tanpa melalui proses tersebut. Demikian pula partai politik,  partai pemula tanpa kemampuan organisatoris kecil kemungkinan bisa  melejit, karena pengalaman dibutuhkan dalam penaklukan medan  pertandingan.
Waspada  counter attack alias serangan balik, kelengahan konsentrasi bertahan  akibat dominasi menyerang, merupakan celah keuntungan bagi pihak lawan.  Diranah politik, citra partai lama dengan track record tertentu yang  tidak baik, bisa menjadi batu sandungan dibanding parpol baru yang relatif clear.