Adakah ruang publik yang bebas nir-kepentingan kekuasaan? Tidak mudah menjawabnya, penguatan modalitas sosial melalui ruang publik kini lebih banyak difasilitasi pada dunia maya.
Walaupun tidak sepenuhnya bebas kepentingan, dunia maya memberi peluang untuk keberimbangan playing field, meski tidak ada jaminan pemberangusan.
Lalu bagaimana dengan kebebasan akademik? Adakah peluang merevitalisasi? Hanya mungkin ketika struktur negara sebagai instrumen kekuasaan dipisahkan dari kekayaan akademik dan ilmu pengetahuan.
Pertanyaannya mungkinkah hal tersebut terjadi? Karena pendidikan secara formal terstruktur melalui lembaga-lembaga dalam naungan kekuasaan, pilihannya tentu terdapat pada keberanian parapihak dalam ruang publik untuk konsisten dalam membongkar hegemoni dominan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H