Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuota Mahasiswa PTN, Perbaikan PTS Gurem: Mungkinkah?

1 Desember 2017   11:00 Diperbarui: 1 Desember 2017   11:05 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kampus kedokteran, terintegrasi pada lini bisnis rumah sakit, kemudian menjadi pelengkap dari bisnis kawasan property yang dikembangkan. Format yang saling melengkapi, menjadi added value secara keseluruhan bisnis dilantai bursa.

Ketiga: PTS Kecil alias gurem bergelimpangan, mendapatkan mahasiswa baru untuk membantu menjamin keberlangsungan operasional. Tanpa sentuhan inovasi yang mumpuni, muskil bisa bertahan diderasnya persaingan para gajah.

Umumnya diantara gajah yang bertarung, pelanduk seringkali mati ditengah. Dan memang target reduksi jumlah kampus, seolah mendorong kondisi tersebut terjadi serta diinginkan.

Selanjutnya, apakah statement Presiden menyoal kuota PTN bisa diimplementasikan? Kita hanya bisa menunggu realisasinya. Tapi berasumsi pada sandaran kas negara, terutama untuk mendorong peningkatan PTN juga rasanya sulit diharapkan.

Dengan demikian, pengelola PTN pasti tidak akan bersikap pasif. Ketimbang berharap turun kebijakan yang belum pasti, maka strategi tebar pukat harimau masih akan dijalankan.

Begitupun PTS swasta besar konglomerasi, membangun keterhubungan mata rantai nilai dari potensi bisnis yang ada dalam tubuh internal konglomerasi dapat mendukung sinergi yang berkelanjutan. Pendidikan akan menghasilkan divisi penelitian serta pengembangan bagi bisnis konglomerasi itu sendiri.

Nah dibagian akhir, PTS Kecil memang harus bertaruh nyawa, kalau tidak bisa dibilang mati segan hidup pun tak berdaya. Mencari differensiasi terbilang sulit, untuk menjadi fokus apalagi, pilihan strategi generik yang mungkin cost leadership.

Tapi pilihan ini jelas bukan tanpa konsekuensi logis, biaya murah dengan volume mahasiswa yang tidak dapat diprediksi, berakibat pada ketidakmampuan menegakkan Tridharma yang seharusnya menjadi tugas pendidikan tinggi.

Pada beberapa kampus PTS Kecil yang menggunakan strategi wilayah bermain di daerah perifer yang jauh dari persaingan, ada yang mampu bertahan, tidak jarang jatuh berguguran.

Apakah PTS Kecil berorientasi hanya uang? Sulit untuk menolak persepsi itu, karena perkara nominal adalah tentang keberlangsungan organisasi. Tapi banyak pula yang dibangun atas idealisme pendidikan. Pada dua wilayah yang berbeda itu, maka publik yang akan menjadi hakim, melihat kampus kecil yang atraktif dalam mendorong penciptaan kualitas dan bentuk sinergi baru.

Cukupkah kita mematikan PTS Kecil untuk mengejar rasio ideal jumlah kampus? Berulang kali disampaikan, sebaiknya pemerintah memanfaatkan kehadiran kanpus kecil untuk menyasar target daerah yang tidak masuk dalam jangkauan PTN, caranya dengan menjadi pengampu pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun