Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Subjektifitas: Intuisi Kepemimpinan?

16 November 2013   13:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:06 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengetahuan dan imbangan pengalaman adalah pembentuk kebijaksanan, memang tidak semua dapat berjalan secara sinergis.

Secara umum, hal tersebut akan membentuk subjektifitas yang berbuah sebagai karakter dan prilaku Individu didalam sebuah organisasi.

Hal ini yang kemudian kerap menghinggapi para pemimpin, dimana faktor subjektifitas akan berhadapan dengan kebutuhan objektifitas.

Kemudian diistilahkan sebagai faktor Intuisi kepemimpinan. Kebutuhan untuk bertindak objektif, akan berbenturan dengan otoritas pengambilan keputusan sesuai kewenangan yang dimiliki.

Meskipun kerap kali dapat pula terjadi kegagalan dalam bias pengambilan kebijakan karena sifat Intuisi yang tidak didasarkan pada ukuran kuantitatif yang terlalu cermat.

Pencermatan akan faktor subjektifitas dapat berujung pada Posisi yang tidak menguntungkan bila dilaksanakan secara absolut tanpa ada pembanding terkait.

Pada puncak kepemimpinan, Intuisi adalah hal yang kerap dikelabui oleh relasi kemanusiaan dalam organisasi, sehingga berubah menjadi perilaku "like and dislike" karena problem kedekatan.

Dititik itu, subjektifitas menjadi kontraproduktif. Sejatinya, subjektifitas menjadi indikator kemampuan kepemimpinan secara situational karena kebutuhan yang mendesak sesuai dengan dorongan perubahan baik secara eksternal maupun internal.

Leadership dalam menyitir istilah serapan, memang membutuhkan kapasitas dan kompetensi pimpinan, termasuk didalamnya kemampuan subjektif untuk melampaui objektifitas, selama aspek pertanggungan jawab dan evaluasi hasil akhir dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi periode selanjutnya.

Selamat siang, Salam berbagi..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun