Dititik akhir, saat post-consume, output yang kemudian terjadi adalah melakukan pengajuran -refferal, atau kemudian malah sebaliknya berubah antipati karena kegagalan brand dalam membuktikan janji performa sesuai dengan bujukan pemasaran. Hal ini perlu mendapat respond agar aspek viral yang berkembang tidak berbalik negatif bagi brand.
Strategi pemasaran digital, harus diletakkan secara multiplatform dalam menjangkau keterluasan audiens. Disamping itu, kombinasi offline-online adalah paduan yang saling melengkapi dan bukan subtitusi. Kerangka pemasaran online ditindaklanjuti dengan kegiatan offline, membangun kesadaran merek dalam komunitas, dan bertindak sebagai fasilitator.
Kemudian, kesadaran akan meningkat menjadi transaksi dan konsumsi, maka brand expirience-offline berdasarkan pengalaman langsung, akan berkorelasi dengan kualitas brand itu sendiri. Pasca itu, kembali masuk ke tahap online dimana lapis konsumen yang diidentifikasi sebagai generasi net akan memberikan suara -customer voice berupa refferal atau word of mouse.
Jadi, kombinasi dari konfigurasi strategi pemasaran offline-online yang dirumuskan secara terpadulah yang akan memenangkan hati pelanggan dimasa mendatang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H