Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money

Membangun Kesepahaman Persepsi StakeHolder: Fungsi PR Pada Periode Krisis-Kasus MH370

27 April 2014   00:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak banyak yang dapat memahami konsepsi terintegrasi Public Relations (PR) atau dikenal sebagai Hubungan Masyarakat (Humas) pada situasi yang kritis, padahal sejatinya fungsi PR dan ke-Humas-an akan memiliki banyak makna signifikan pada periode genting tersebut.
Tentu, dalam hal ini kategorisasi periode kritis nan genting tersebut memang harus didefinisikan secara lugas dan to the point. Dimana fase tersebut akan berkaitan dengan potensi ancaman langsung terhadap kelangsungan brand maupun produk yang merepresentasikan sebuah perusahaan.
Nah, pada kondisi gawat nan darurat ini secara nyata bisa muncul dalam bentuk penolakan publik yang meluas, baik yang nampak dipermukaan maupun dalam bentuk potensi tersembunyi yang belum teraktualisasi.
Sebagai bagian dalam tugasnya yang menjadi jembatan penghubung komunikasi kepada publik, maka PR memiliki nilai strategis untuk memberikan respon dan tanggapan secara korporasi akan kondisi emergency tersebut.
Kenapa hanya disituasi kritis saja? Jelas saja pada saat menyampaikan kabar gembira, tugas PR menjadi tidak terlihat secara langsung, karena situasi psikologis yang terbangun "everybody happy".
Sangat berbeda bila masuk ke point periode kritis, karena PR harus mampu secara bijaksana tidak hanya mengatasi namun sekaligus memberi aspek "Way out" atas persoalan yang terjadi, dimana hal tersebut berkejaran waktu dengan golden periode momentum.
Hal ini terbilang penting, sebagai bentuk kesiap-siagaan perusahaan dalam mengatasi masalah dan mengendalikan persoalan, sehingga pada ending point akhirnya akan ditemukan resolusi bersama secara "damai" bila tidak bisa dikatakan saling menguntungkan.
Ambil contoh periode pencarian pesawat hilang MH370, tentu level strategi ke-Humas-an menjadi sangat krusial mengingat isu tersebut sangatlah sensitif.
Oleh karena itu, pada kasus diatas, perusahaan harus mampu mengelola secara segera data yang ada untuk memberikan penjelasan yang memuaskan.
Dibutuhkan kecepatan respon dan akurasi, meski harus tetap berhati-hati.
Mekanisme pengolahan data, dalam kasus MH370 misalnya, harus bisa memperhatikan berbagai aspek yang saling bersinggungan dengan stakeholder, termasuk diantaranya: keluarga korban, pemegang saham, bahkan sampai pada sorotan internasional.
Membentuk media Center, menyiapkan crisis Center, serta memberikan penjelasan yang lugas atas kasus kehilangan tersebut jelas bukan sekadar perkara membalik telapak tangan semata.
Informasi yang dikeluarkan secara terpadu dan tersentralisasi, harus merupakan kesimpulan bersifat, langsung dan menjelaskan, serta menghindari timbulnya interpretasi yang beragam.
Orientasi utama PR dalam hal ini ditujukan pada upaya memberikan rasa kepastian bagi keluarga korban, Meskipun secara teknis pencarian korban harus dilaksanakan secara optimal.
Pada kasus MH370, yang dapat dilakukan adalah terbuka atas data yang ada, serta jujur dalam memberikan pengakuan atas totalitas upaya yang dilakukan, karena tentu saja periode panjang itu tidak hanya akan memakan waktu, namun juga biaya, konsentrasi dan tenaga.
Bila sudah demikian, peran PR diakhir upaya untuk menemukan resolusi adalah membangun kesamaan persepsi guna mendapatkan kesepahaman tentang langkah terbaik bagi bersama.
Mengikhlaskan mungkin terdengar klise, namun bila diekualisasi berdasarkan nilai dengan reserve budget hingga setara Rp1T tentu akan menjadi tidak terarah dalam upaya pencarian MH370.
Kelihaian profesional PR akan terlihat dari kemampuan untuk merangkai hal tersebut menjadi sebuah hal yang reasonable. Terang saja, karena tentu nilai dari biaya pencarian tersebut, tidak dapat dibandingkan secara komparatif dengan sebuah nyawa sekalipun karena begitu berharganya.
Dititik itu, peran PR adalah membangun trust kepada keluarga korban dan khalayak ramai tentang titik optimal capaian mereka dalam upaya pencarian fisik yang harus dikemas secara apik guna mengakhiri spekulasi dan berbagai prasangka berkembang.
Karena tugas dan fungsi dari PR dalam periode krisis, tentu akan memberi nilai dan dampak bagi perusahaan, tentu saja diharapkan akan berimbas positif dikemudian hari.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun