Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

IIMS Sukses: Elegi Mimpi Transportasi Publik

2 Oktober 2014   16:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:40 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Expo otomotif terbesar domestik secara nasional yang bertajuk IIMS 2014 mencatat rekor baik dalam jumlah pengunjung maupun transaksi penjualan.

Meski menjadi sarana ekspose atas perkembangan dunia otomotif, tentu saja pemegang merek tidak kalah cerdas untuk memanfaatkan hal tersebut sebagai momentum sales.

Tercatat nilai total transaksi sebesar Rp 5,45 triliun, yang diperoleh dari penjualan 19.746 unit kendaraan bermotor di ajang pameran, artinya setiap hari selama Expo IIMS berlangsung terdapat 1.795 unit mobil yang terjual.

Prestasi yang ditorehkan pada IIMS kali ini memang tercatat lebih besar dari segi nilai penjualan kendaraan, dibandingkan Rp 4,9 triliun, pada 2014, meski secara jumlah unit mengalami stagnasi dengan eskalasi 1,95% dari periode sebelumnya.

Jumlah kunjungan pun bertambah hingga mencapai 380.365 orang, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 373.661 orang dengan melibatkan total 36 merek kendaraan, terdiri dari 19 kendaraan penumpang, tujuh merek niaga, serta 286 perusahaan industri pendukung.

Apa Maknanya?

Pameran otomotif IIMS menjadi barometer kemajuan teknologi sekaligus indikator ekonomi, dan jika berkaca dari hasil yang dicetak pada tigkat penjualan beserta kunjungan tersebut, maka anomi masyarakat akan berkendara pribadi masih terbilang tinggi, meski disebut bahwa pertumbuhan ekonomi kita mengalami berada dalam posisi stagnan menuju decline.

Kondisi gairah memiliki mobil pribadi tersebut, jelas merupakan tamparan keras bagi pemerintah yang gagal melakukan perbaikan sistem transportasi publik, sehingga kemudian masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan yang berbasis individual dibanding komunal.

Padahal salah satu yang dianggap sebagai kendala dalam sektor keuangan pemerintah adalah kemampuan yang terbatas dalam melakukan tambalan subsidi BBM, yang notabene dikonsumsi oleh kendaraan pribadi semacam yang transaksikan melalui sesi perdagangan seperti IIMS.

Jika subsidi dalam APBN 2015 untuk BBM sebesar 46 juta KL dengan nilai sebesar Rp276 triliun, maka laju penghabisan subsidi akan semakin mengucur deras dihisap oleh berbagai kendaraan baru, dan kita belum berhitung jumlah kendaraan eksisting yang telah terjual diluar forum IIMS tentunya.

Khususnya dikota besar seperti Jakarta, bahkan penambahan ruas jalan tol sekalipun tidak menurunkan angka kemacetan. Pertumbuhan moda transportasi yang datang dari Jakarta serta berbagai daerah penyangga (BoDeTabek) akan sulit untuk terus diimbangi dengan penambahan jumlah jalan karena keterbatasan lahan dan ruang. Dampaknya? Kemacetan semakin tidak tertahankan, memboroskan begitu banyak bahan bakar yang dipergunakan secara percuma.

Bila sudah demikian, apa yang hendaknya secara bergegas dilakukan oleh Pemerintahan Terpilih mendatang? Segera melakukan perbaikan sektor transportasi, melakukan percepatan pembangunan moda transportasi massal yang memeberikan kemudahan dalam aksesibilitas (keterjangkauan) dan konektifitas (keterhubungan) antar titik mobilisasi.

Membayangkan kecepatan mobilisasi antar lokasi dengan menggunakan Monorel dan Mass Rapid Transit serupa dengan negara tetangga Singapore yang nyaman, bersih, tertib dan selalu tersedia jelas merupakan dambaan, tentu membutuhkan ketegasan dalam aturan, disertai dengan konsistensi akan kebijakan serta komitmen nan kuat dalam implementasinya.

Sesungguhnya tidak ada yang salah dari IIMS sebagai ajang eksebisi dan pagelaran otomotif yang memperkenalkan teknologi terbaru dan jenis tekonoli dimasa mendatang, dan Indonesia menjadi terhormat menjadi lokasi perhelatan yang diliput secara luas tersebut, sayangnya ekses konsumtif sulit dibendung, dan untuk itu pemerintah harus sigap mengantisipasi melalui strategi pembangunan disektor transportasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun