Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

The D factor, Who Has That D? #Evaluasi Pengambilan Keputusan

8 Desember 2014   18:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengambil sebuah keputusan strategis dalam mengatasi masalah tentu bukanlah hal mudah, penting untuk dapat melihat berbagai faktor yang menjadi bagian dari kerangka pengambilan keputusan secara efektif dan efisien sehingga tepat sesuai dengan problematika atas masalah yang dihadapi, khususnya pada sebuah organisasi bisnis.

Dunia usaha penuh dengan dinamika, angin perubahan adalah hal yang bersifat kekal, dan dalam kondisi nan berkutat dengan suasana berfluktuasi tersebut maka kemampuan untuk secara responsif beradaptasi atas kondisi yang berubah menjadi penentu pemenang. Dua hal yang penting dalam solusi bisnis mendatang adalah speed and simplicity, jadi bisnis bukanlah soal besar dan kecil ukuran organisasi melainkan sejauhmana perubahan mampu diadaptasikan secara cepat dan sederhana.

Layaknya ilustrasi David versus Goliath, bahwa yang dibutuhkan dalam memastikan kemenangan adalah kelincahan untuk terus bergerak serta menemukan ruang yang tepat guna melepaskan bidikan terarah yang memukul titik terlemah dari sasaran Anda. Hanya dengan demikian maka kemenangan adalah bagian dari akumulasi pencapaian target dari waktu ke waktu.

Pada periode yang sempit penuh perubahan tersebut, peran pengambilan keputusan menjadi vital dan krusial. Lalu apa saja yang menjadi kriteria terpenting dalam pengambilan keputusan? Siapa yang harus memutuskan? Apa peran dari stakeholder yang terlibat? Bagaimana proses pengambilan keputusan berlangsung dalam tempo yang singkat dan tepat? Siapa saja yang akan dimintai pendapat untuk menguatkan argumentasi? dll, tentu saja menjadi pertanyaan lanjutan nan complex.

Formulasi yang dapat dipergunakan dalam perumusan berbagai persoalan diatas adalah dengan menerapkan mekanisme RAPID yang memang berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam waktu yang cepat namun memerlukan akurasi yang baik dalam aplikasinya. Dalam bahasa yang sangat sederhana metode RAPID adalah alat ukur serta analisa atas kepentingan stakeholder dalam penyelesaian masalah, yang dapat diurai menjadi R- (Recommended): siapa yang memegang peran untuk memajukan identifikasi persoalan dan alternatif solusi; A- (Agree): siapa yang memiliki peran persetujuan untuk melakukan upaya pengajuan problematika tersebut.

Lebih jauh lagi, P- (Perform): siapa yang menjadi pelaku dalam implementasi kebijakan bila keputusan telah diambil dan melakukan review atas hasil dari implementasi keputusan tersebut. I- (Input): berkaitan dengan siapa parapihak yang akan dimintai keterangan, berkaitan dengan informasi dan gagasan baru yang dapat dikolaborasikan; terakhir D- (Decision): yang bermakna pemegang keputusan final yang akan mengambil pilhan terbaik setelah seluruh paparan hasil kajian didiskusikan.

Metodologi RAPID dikembangkan untuk dapat dengan segera melakukan pengambilan keputusan mengatasi hambatan yang terjadi, umumnya kendala yang terjadi sedemikian banyak, sedangkan kemampuan dalam mengatasinya terbatas, sehingga terjadi fenomena Bottleneck yang membuat keputusan akhir dirasakan lama, terlebih dalam sebuah organisasi besar yang terdiri dari berbagai lapisan pembungkung terstruktur yang disebut sebagai birokrasi.

Beberapa hambatan yang dapat dikenali diantaranya adalah masalah Global vs Local dimana kendala yang terjadi pada upaya delegasi pengambilan keputusan kerapkali harus disesuaikan dengan gaya kepemimpinan serta budaya didalam perusahaan itu sendiri, sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara kualitas, baik dalam bobot isi maupun impelemntasinya kemudian.

Lalu, permasalahan Center vs Business Unit, kita tentu mengenal bahwa kebijakan strategi dapat berlangsung dalam berbagai tingkatan, apakah akan disentralisasi atau perlu dilakukan sentralisasi dalam satu komando yang tegas. Pilihan ini perlu pula disinkronisasikan agar tidak terjadi tumpang tindih akan arahan penyelesaian masalah. Ingatlah bahwa clear task menjadi penting.

Pada tahapan yang lebih lanjut, kendala Funtion vs Function yang terkadang kerap abu-abu dalam menilai bagianmanakah yang memiliki peran penting dalam perubahan dan pengambilan keputusan, apakah dimensi atas usulan divisi marketing ataukah operasional? Dan hal ini harus ditimbang dengan sangat cermat agar tidak terjadi kesalahan dalam interpretasi data serta informasi yang dibutuhkan.

Dibagian akhir, terdapat masalah Inside versus Outside Partners, yakni kita memiliki kerangka berpikir yang sempit untuk menentukan pihak mana yang dapat berkontribusi pada penyelesaian masalah, apakah pihak internal ataukah eksternal dengan sudut pandang pakar atau praktisi terkait, hal ini menjadi satu perhatian khusus karena pada organisasi bisnis yang besar, gerak organisasi menjadi lamban dan kerap gagal melihat serta mengadaptasi perubahan, meski memiliki kualifikasi yang cukup dalam relasi internal maupun eksternal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun