Banyak pihak berbicara tentang perubahan dan harapan akan suatu tingkat yang lebih baik secara bersamaan, dalam level organisasi maka kedua hal tersebut akan sangat terkait dengan figur pemimpin yang menjadi tokoh signifikan dalam mempengaruhi arah gerak dan perkembangan bagi organisasi itu sendiri.
Harapan adalah tentang impian akan sebuah pencapaian dimasa mendatang, dan untuk hal itu maka kita harus memiliki konsepsi yang jelas tentang saat ini dan bagaimana kita akan menjalaninya hingga periode impian tersebut tercapai.
Sedangkan perubahan dapat disebut sebagai sebuah fase peningkatan kuantitas dan kualitas dalam siklus hidup individu maupun organisasi pada berbagai aspek, serta dapat dimaknai bahwa perubahan akan menjadi sebuah momentum akan terbentuknya harapan.
Ketika perubahan terjadi, maka harapan baru akan timbul menyertai hal tersebut. sayangnya perubahan dan harapan dalam sebuah kolektif seringkali berhadapan dengan kondisi resistensi, hal ini kerap menjadi batu sandungan bagi kepentingan dimasa mendatang tentu saja. perlawanan atas perubahan dibenturkan secara berhadapan dengan harapan, sehingga menciptakan suasana yang membuat para pihak yang mendukung gagasan akan ide perubahan tertunduk lesu serta kehilangan arah.
Pada situasi dimana resistensi meningkat sebagai akibat terdapatnya perubahan, maka kelompok status quo hanya akan mampu dieliminir melalui peran penting kepemimpinan, yang harus dapat membangun konsensus bersama secara maksimal, serta memastikan agar terjadi proses komunikasi nan utuh sehingga sirkulasi informasi bersifat berkelanjutan serta berlangsung secara dialogis.
Pemimpin dan Gaya Kepemimpinan
Berdasarkan tahapan dalam suatu perjalanan hidup dari lifecycle individu maupun organisasi, maka kendala serta masalah adalah hal yang tidak dapat ditolak dan hal tersebut menjadi bagian dari mekanisme perkembangannya. bagaimana konflik dalam berbagai masalah tersebut dapat ditangani dengan baik sebagai sebuah anak tangga yang membawa kita kepuncak pertumbuhan? Polemik serta problematika pada sebuah konflik harus dapat terkelola secara terukur dengan dampak positif.
Kemampuan keemimpinan dalam berkomunikasi dan membentuk kesepahaman adalah sebuah kelihaian tersendiri, kita memang butuh pemimpin yang mampu mengatasi konflik dengan cara yang elegan, namun bukan berarti harus berkompromi secara berlebihan dengan berbagai pilihanyang merentang, tetapi menjatuhkan pilihan secara tegas tentang bagaimana dan kemana kita akan melangkah ke depan.
Sejatinya, pemimpin adalah mereka yang mampu melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain dan mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang khas sesuai dengan karakteristik kepribadian yang dimilikinya dengan mempertimbangkan berbagai hal yang melingkupinya.
Apa yang terjadi pada periode akhir-akhir ini memang mengisyaratkan kepada kita, bahwa tidak bisa selamanya sikap fleksibel dalam skema demokratis itu dapat dipertahankan terus-menerus, pada suatu masa dengan tingkat kegentingan yang tidak menentu ada baiknya pemimpin bersikap otoriter.
Dialam yang terbuka, tidak semua pihak bisa memiliki komitmen yang sama, namun pemimpin adalah sosok yang paling konsisten dalam konsekuensi yang akan dipikulnya dan hal tersebut yang membedakan pemimpin dari sekedar pengikut, karena tugas yang maha berat itu maka menjadi pemimpin bukan sekedar hanya keinginan namun juga suara panggilan sebagai sebuah pengabdian.