Mohon tunggu...
Yudhi Hendro
Yudhi Hendro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang suami dan ayah dari empat orang anak. Bekerja di salah satu perusahaan swasta di Kalimantan. Mengelola blog pribadi : yudhihendros@wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tips Berbahagia Setiap Hari

24 Desember 2013   10:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih orang yang nggak mau bahagia? Setiap orang pasti ingin memiliki kebahagiaan. Hanya saja definisi kebahagiaan setiap orang berbeda. Ada yang mendfinisikan merasa berbahagia kalau sudah punya pekerjaan, jabatan, uang dan kekuasaan.

Tapi benarkan kalau semua itu sudah diperoleh, kebahagiaan akan datang? Selain perlu waktu yang lama untuk meraihnya, belum tentu kita akan merasa bahagia setelah memiliki semua itu.Bahagia bukan terletak pada kepemilikan. Namun lebih pada apa yang bisa kita berikan pada kondisi apa pun diri kita. Dari apa pun yang kita miliki.

Termasuk ketika saya membuka buku catatan di hari ini. Tak sengaja, setelah lembar demi lembar saya baca, ada satu catatan yang nampaknya perlu saya tulis untuk mendefinisikan ulang apa itu kebahagiaan.

Ada lima hal yang bisa kita lakukan agar berbahagia setiap hari. Ya, setiap hari. Tak perlu menunggu setiap bulan setelah terima gajian, baru berbahagia. Atau menunggu setiap tahun setelah menerima bonus tahunan…itupun kalau ada J. Bukan juga setelah menunggu omzet penjualan meningkat dan mendatangkan keuntungan, baru merasa berbahagia.

Ingin tahu tips berbahagia setiap hari?

1.Mulailah berbagi.

Baru saja saya membagian tips ini untuk teman-teman blogger, rassa bahagia itu sudah muncul. Ini bukti sederhana bahwa dengan membagikan pengetahuan atau informasi untuk orang lain, kebahagiaan itu mengikuti.

Oleh karena itu, saya bisa paham mengapa ada sukarelawan atau sukarelawati yang mengikhlaskan dirinya untuk membantu orang lain ketika terjadi terjadi bencana atau kecelakaan. Dengan menolong orang lain, dia telah membagikan waktu, tenaga dan pikiran demi sesama. Tanpa berharap imbalan atau pamrih. Dengan membantu orang lain yang memerlukan, bisa jadi ada kebahagiaan yang dirasakan di dalam hati.

Keikhlasan untuk berbagi juga dicontokan oleh para pengajar mdua dalam program Indonesia Mengajar. Program yang digagas oleh Anis Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, mengajak para sarjana yang memiliki prestasi akademik, suka berorganisasi dan sudah bekerja untuk sejenak keluar dari zona nyaman. Berani meninggalkan pekerjaan yang ditekuninya di kota dan berbagi ilmu ke berbagai pelosok negeri dengan menjadi pengajar di SD.

Bukan mudah memang, karena mereka ditempatkan di daerah yang terisolir. Tidak ada sinyal telepon dan internet. Namun keterbatasan itu tak menyurutkan langkah mereka untuk memilih membagikan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.

Program yang memiliki motto setahun mengajar dan seumur hidup menginspirasi itu telah membangkitkan jiwa anak-anak SD di pedalaman dan daerah terisolir untuk berani bermimpi. Para pengajar muda itu telah menjadi model bagi anak-anak, bahwa dengan pendidikan mereka dapat meraih apa yang mereka impikan. Mereka telah menjadi sang pencerah yang menginspirasi anak-anak untuk berani bermimpi dan bercita-cita tinggi.

2.Bebaskan hati dari rasa iri dan dengki

Sudah menjadi hukum alam, setiap orang memiliki kelebihan sekaligus kelemahan. Masalah muncul ketika kita membandingkan kekurangan atau kelemahan kita dengan kelebihan orang lain. Ciri-ciri hati yang punya rasa iri dan dengki itu, susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah, demikian kata Aa Gym.

Kebahagiaan akan menjauh bila diri kita lebih sering menghitung dan membandingkan apa yang kita tidak punya dengan apa yang orang lain punya. Namun, sekali kita berhenti membandingkan, rasa kebahagiaan akan mendekat dalam hati kita.

3.Mudahlah dalam memaafkan

Untuk perkara memaafkan ini, tak salah kalau kita perlu belajar dari Nelson Mandela. Selama 27 tahun dipenjara oleh penguasa, pejuang anti apartheid itu tak pernah merasa dendam ketika menghirup udara kebebasan. Tak terbersit sedikit pun dalam hatinya untuk membalas dendam kepada pihak-pihak yang telah menghinadinakan dirinya sebagai manusia.

Justru ketika menjadi preseiden Afrika Selatan, Madiba, nama populer Mandela menyerukan rekonsiliasi nasional dengan pihak-pihak yang memusuhinya. Sulit memang memiliki sikap mudah memaafkan. Dalam kisah kerasulan, Nabi Muhammad SAW adalah contoh sempurna seorang yang berjiwa pemaaf. Beliau adalah seseorang yang susah marah, tapi mudah memaafkan.

Kisah sikap pemaaf beliau yang membuat saya sering berkaca-kaca adalah ketika beliau menyuapi seorang nenek buta di simpang jalan setiap pagi. Nenek tersebut tidak mengetahui bahwa yang memberi makan adalah Nabi Muhammad, seseorang yangsetiap hari dia maki-maki.

Bayangkan kalau hal itu adalah diri kita. ada seseorang yang tiap hari mencaci maki diri kita, ketika kita bertemu dengannya, apa yang kita lakukan? Dengan kualitas sikap yang kita miliki, paling tinggi kita mungkin sebatas diam dan bersabar. Namun sikap baginda Muhammad lebih dari itu. Jiwa pemaafnya menggerakkan tangannya untuk menyuapi nenek itu hingga beliau meninggal.

Hingga suatu saatsahabat nabi, Abu Bakar, menggantikan tugas beliau menyuapi nenek itu. Namun apa yang terjadi? Baru satu suapan diberikan, nenek itu langsung memuntahkan suapan ke hadapan Abu Bakar. “ kamu bukan orang yang biasa menyuapi saya setiap hari”kata sang nenek. “Mana orang yang biasa menyuapi saya?”

Dengan berlinang air mata, Abu Bakar menjawab bahwa orang yang tiap hari memberi makan itu telah meninggal. Dan orang itu Muhammad yang dicaci maki nenek setiap hari. Mendengar penjelasan Abu Bakar, nenek itu pun menangis tersedu-sedu mengetahui bahwa orang yang selama ini menyuapi dirinya adalah Muhammad. Nabi yang selama ini dicaci maki dan dimusuhinya.

4.Lakukan sesuatu yang bermakna

Bisa jadi kegelisahan yang sering menghiasi diri kita selama ini, karena kita jarang melakukan sesuatu pekerjaan yang bermakna. Bermakna dalam arti bermanfaat bagi orang lain. Selama ini mungkin kita mengerjakan sesuatu untuk kepentingan diri sendiri. Berguna bagi karier kita. Berarti bagi pengembangan bisnis diri kita. Bermanfaat bagi keberhasilan dan kejayaan pribadi kita. Dan setelah itu diraih, ada rasa kehampaan.

Oleh karena itu tidaklah heran jika parapengusaha yang sudah mapan dengan oset milyaran bahkan trilyunan, setelah mencapai puncak keberhasilan, mereka akan mencapai titik balik. Langkah dan misi selanjutnyabukan lagi mengejar materi, namun cenderung untuk berbuat amal untuk sesama. Seperti halnya Bill Gates, pendiri Microsoft, yang setelah mejadi trilyuner kemudian menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk membantu orang lain. Orientasi mereka sudah berubah, tak hanya bertujuan untuk kepentingan diri sendiri, namun mulai memikirkan hal-hal yang dapat bermanfaat bagi orang lain.

5.Hanya berharap pada Tuhan.

Tak salah kalau dalam mata uang dolar Amerika tertulis kalimat “In God We Trust”. Hanya kepada Tuhan kita percaya. Tiada kekuatan dan daya upaya selain dariNya. Mungkin kalimat itu dimaksudkan agar si pemilik dollar tak hanya mengandalkan kekuatan mata uang yang dimiliki dan melupakan Tuhan. Jika hanya berharap pada uang atau orang lain, siap-siap saja kalau kita dikecewakan. Hanya kepada Dia kita selayaknya berharap. Karena Dia yang mengetahui apa yang sesungguhnya kita perlukan untuk kebaikan diri kita. Pengharapan hanya kepada Tuhan ini yang akan mengurangi rasa cemas, khawatir atau kegalauan yang berlebihan.

Tak mudah memang untuk melakukan tips itu. Namun bukan berarti nggak bisa ‘kan. Juga nggak harus semuanya kita lakukan sekaligus. Mulai saja dengan satu poin, misalkan berbagi. Apa yang bisa kita berikan bagi orang-orang di sekitar kita? Tenaga, pikiran atau waktu, semuanya yang kita miliki bisa kita gunakan untuk memudahkan jalan bagi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun