ilustrasi, shutterstock
Meski sebagian dari kita bekerja sebagai karyawan, bukan berarti pola pikir, sikap serta tindakan kita tidak bisa mengadopsi sikap dan perilaku entrepreneur atau wirausahawan. Jangan diartikan entrepreneur itu cuma terkait dengan urusan dagang, lho, alias wiraswasta atau pebisnis.
Ini pelajaran yang saya dapatkan ketika mengikuti penyegaran karyawan teknis yang disampaikan oleh instruktur dari salah satu lembaga pemerintah. Apa ciri-ciri seseorang yang berpola pikir dan bersikap entrepreneur?
1. Bekerja tidak Dibatasi Jam dan Hari Kerja
Yang namanya pegawai, kerjanya memang dibatasi jam dan juga hari kerja. Masuk kerja jam 8 pagi dan pulang jam 4 sore. Tiap hari dari Senin sampai Jumat seperti itu. Bagi karyawan pelaju atau yang bekerja di luar kota, biasanya mereka juga karyawan PJKA alias Pulang Jumat Kembali Ahad. Pesan tiket kendaraan umum untuk pulang ke rumah pada Jumat sore dan balik ke tempat kerja pada hari Minggu.
Aturan standarnya memang seperti itu, tapi terkadang ada juga urusan yang mengharuskan karyawan bekerja sebelum jam 8 pagi atau pulang setelah jam 4 sore. Kok bisa seperti itu? Bisa saja, contohnya teman saya yang harus bersiap-siap menemui kepala dinas sebuah instansi pada jam 6 pagi di kantornya untuk minta tanda tangan SK. Harus pagi-pagi ke kantornya karena setelah itu sang pimpinan harus ke bandara untuk terbang ke Jakarta.
Yang pulang setelah jam 4 sore bukan berarti bisa bersantai-santai dengan keluarga di rumah. Kalau pas ada tamu yang datang, malamnya dia harus jemput tamu di hotel dan menemani makan malam dan jalan-jalan. Karyawan yang berpola pikir dan bersikap seperti entrepreneur nggak akan sering mengeluh kalau dapat tugas seperti itu.
2. Tidak Terlena di Zona Nyaman
Zona nyaman itu maksudnya mudah merasa puas pada satu kondisi pekerjaan. Tidak ingin mengubah dirinya agar bekerja lebih produktif, lebih efisien atau bagaimana agar kinerja di tempat kerjanya meningkat.
Karyawan yang terlena berada di zona nyaman cenderung agak sensitif dengan perubahan yang mengarah pada perbaikan kinerja. Dia bisa saja berprinsip dari dulu sudah jalan seperti ini, kenapa harus diubah lagi?