Mohon tunggu...
Yudha Yanesa
Yudha Yanesa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tsunami Samudra Hindia 2004,Tragedi Mematikan Yang Mengubah Persepsi Dunia

26 Desember 2023   09:10 Diperbarui: 26 Desember 2023   09:16 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pagi hari tanggal 26 Desember 2004, seorang pasukan alam yang luar biasa menyapu daratan di sepanjang Samudra Hindia, menciptakan salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah manusia. Gempa bumi megatrus yang terjadi di dasar laut, dengan pusat gempa 160 KM lepas pantai barat Sumatera bagian utara, menciptakan gelombang tsunami dahsyat yang merenggut lebih dari 227.000 nyawa di 14 negara.

Gempa ini, dengan magnitudo mencapai 9,1 hingga 9,3, tercatat sebagai gempa terkuat di Asia, gempa bumi terkuat di abad ke-21, dan gempa terkuat ketiga sejak awal seismografi modern pada tahun 1900. Pusat gempa berada di zona subduksi, di mana lempeng Hindia menyusup di bawah lempeng Burma. Pergeseran lempeng sekitar 15 meter menciptakan gelombang tsunami yang melintasi Samudra Hindia dengan kecepatan luar biasa, mencapai lebih dari 800 km/jam di laut dalam.

Dampak bencana ini tidak hanya terasa di Indonesia, tetapi juga melanda Sri Lanka, India, Maladewa, Myanmar, Bangladesh, Thailand, bahkan hingga ke Benua Afrika. Indonesia, terletak di Cincin Api Pasifik, menerima pukulan terbesar dengan 167.540 jiwa yang meninggal dan kerugian mencapai lebih dari Rp69 miliar.

Tsunami yang dihasilkan memiliki gelombang yang panjang, sehingga mungkin tidak terlihat jelas di laut lepas, tetapi saat mendekati pantai, ketinggian gelombang bisa mencapai 30 meter. Gelombang ini menghancurkan segala sesuatu di jalurnya, menciptakan genangan air yang menyapu hingga 5 km ke daratan di beberapa wilayah.

Salah satu tantangan utama adalah minimnya kesadaran masyarakat terhadap tsunami pada saat itu. Meskipun ada beberapa tanda peringatan seperti surutnya air laut dan gelombang awal yang besar, banyak yang tidak memahami bahwa ini adalah tanda bahaya. Sayangnya, sistem peringatan tsunami resmi hanya ada untuk Samudra Pasifik saat itu, dan tidak untuk Samudra Hindia.

Tragedi ini menjadi pemutarbalikan bagi kesadaran global tentang bahaya tsunami di luar Samudra Pasifik. Pusat peringatan tsunami Nasional kini telah didirikan di beberapa negara di kawasan Samudra Hindia untuk memberikan peringatan dini. Australia, India, dan Indonesia memimpin upaya mitigasi tsunami di kawasan ini.

Meskipun bencana ini telah menyisakan luka yang dalam dan menghancurkan banyak wilayah, langkah-langkah telah diambil untuk memastikan agar tragedi serupa tidak terulang. Kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang bahaya tsunami terus ditingkatkan, dan sistem peringatan tsunami kini melibatkan kerjasama lintas negara.

Tsunami Samudra Hindia 2004 adalah pengingat berat akan kekuatan alam dan kerentanannya manusia terhadapnya. Dari puing-puing bencana ini, dunia telah belajar untuk bersatu dalam mitigasi dan peringatan bencana alam demi melindungi nyawa manusia dan membangun masa depan yang lebih aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun