Mohon tunggu...
Yudha Setya Nugraha
Yudha Setya Nugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Freelance Content Writer. Automotive, Movies and games Enthusiastic. Still developing, still learning. Jomblo dan bahagia. I always gave my best in every article.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Halloween" (1978 & 2018) Psikoanalisis tentang Trauma yang Bermain dalam Hati Seseorang selama 40 Tahun

15 Desember 2020   14:17 Diperbarui: 15 Desember 2020   15:16 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halloween (1978). Sumber gambar: Tangkapan layar pribadi.

Mental Health adalah isu yang sedang marak di bahas akhir-akhir ini. Karantina dan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang tidak ujung usai membuat kita kesulitan mengatur kesehatan mental kita. Bukan tidak mungkin keadaan ini akan menimbulkan trauma pada seseorang.

Orang yang mengalami trauma seringkali tidak dapat mengkomunikasikan rasa traumanya dengan baik. Mereka mengalami distorsi komunikasi dan lebih banyak bertemu orang yang tidak peduli dan pura-pura peduli daripada orang yang benar-benar peduli. Karena itu mereka diam, mereka menyimpan rasa pedih itu untuk diri mereka sendiri.

Orang yang mengalami trauma secara tidak sadar menimbun rasa pedih mereka dan akan memunculkan gangguan lain atau biasa disebut Post Traumatic Strees Disorder (PTSD) (Pane, 2020). Salah satu gangguan lain yang sering muncul akibat memendam pedihnya trauma adalah rasa paranoid.

Paranoid adalah rasa ketakutan yang berlebihan, orang yang mengidap paranoid akan sangat protektif untuk diri mereka maupun orang lain yang mereka sayangi (Adrian, 2020). Paranoid dipancing oleh trauma yang berpusat pada kejadian yang mengerikan pada orang tersebut yang terus menerus dibawa oleh seseorang sepanjang hidup mereka. Sikap over protektif yang dimiliki oleh orang Paranoid akan menurunkan rasa traumanya itu kepada orang-orang yang dia cintai.

Trauma adalah isu Komunikasi Massa

Melihat dengan adanya peningkatan permasalahan mengenai kesehatan mental pada 2020 ini. Maka trauma merupakan isu penting yang tidak bisa disepelekan keberadaan. Film memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menunjukan permasalahan yang ada dalam isu penting ini dan merefleksikannya dalam realitas masyarakat.

Halloween (1978). Sumber gambar: Tangkapan layar pribadi. 
Halloween (1978). Sumber gambar: Tangkapan layar pribadi. 

Film Halloween (2018) dan Halloween (1978) menjadi media penyampaian pesan betapa seriusnya permasalahan kesehatan mental seseorang yang mengalami trauma psikologis, memerlukan bantuan dan dukungan dari kita semua.

Halloween 1978 dan 2018 

Trauma turun temurun inilah yang menjadi inti dari film Halloween (2018). Halloween (2018) adalah sequel kesebelas dari film Halloween (1978). Judul mereka yang sama sebenarnya memiliki fungsi, karena Halloween (2018) adalah sequel sekaligus soft reboot dari franchise Halloween. Halloween (2018) di posisikan sebagai sequel langsung dari film pertamanya dan mengkoreksi beberapa plot yang tidak masuk akal di sequel-sequel sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun