(Bandung, 19 Februari 2011)
Asyik mendengarkan paparan nara sumber
“Fear adalah dasar kehidupan kita. Manusia banyak membuat hal-hal baru karena takut. Takut lapar, maka dia makan. Takut panas, dia bikin AC, dan banyak lagi,” itulah salah satu cuplikan kata-kata dari Dian Martin Sudiana, ST alias Kang Dian, dalam Diskusi Terbuka “Pentingnya Fear Management dalam Menuju Sukses” yang diadakan di Bandung, 19 Februari 2011. Sontak 100-an peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa-mahasiswi dari IT Telkom, Poltek Telkom, IM Telkom, Poltek Bandung, Universitas Maranatha, dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, langsung mengerutkan dahi namun kemudian manggut-manggut setuju.
Dalam acara yang diselenggarakan oleh IYES (IT Telkom Young Entrepreneur Society) dan E-Camp (Entrepreneur Camp), Kang Dian hadir sebagai wakil dari Neo Self Empowerment Group (www.neoselfempowerment.com), organisasi yang memang fokus bergerak dalam pemberdayaan diri. Pembina E-Camp, Bapak Iwan Iwut Tritoasmoro, ST.MT., menyatakan dalam sambutannya bahwa kehadiran Neo Self Empowerment memang diharapkan untuk dapat membantu mahasiswa-mahasiswi untuk memberdaya diri, salah satunya dengan mengelola rasa takut.
Pendekatan Neo Self Empowerment (NSE) Group dalam menghadapi rasa takut memang unik. Terinspirasi dari buku Fear Management karya Bapak Anand Krishna, NSE memandang rasa takut dalam perspektif berbeda. Selain pernyataan di atas bahwa rasa takut itu juga berkontribusi positif dalam hidup manusia, Kang Dian juga menekankan pentingnya mengolah rasa takut dengan penuh kesadaran. “Biasanya kalau kita takut, mekanismenya adalah langsung saja melawan atau kabur, alias fight or flight,”. Padahal menurut Kang Dian, bila kita tenang, kita dapat memilih untuk berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan karena Tuhan telah menganugerahkan neo-cortex di otak manusia untuk menganalisa keadaan sebelum bertindak.
Rasa takut seringkali timbul akibat “conditioning” alias proses pengkondisian pada manusia. Kang Dian mencontohkan penelitian dimana seorang bayi yang dikondisikan untuk takut dengan tikus. Tiap kali seekor tikus diperlihatkan pada si bayi, bunyi-bunyian gaduh dibunyikan untuk mengagetkan si bayi. Dan akhirnya setelah sekian lama, si bayi menjadi takut bila melihat tikus padahal tidak ada bunyi gaduh lagi. Kang Dian bahkan mencontohkan kasus pada moderator acara, yaitu Ahmad Fendian, ketua IYES, dimana ibunya takut bila Ahmad Fendian memutuskan menjadi pengusaha karena ternyata ibunya melihat banyak anggota keluarganya yang gagal setelah jadi pengusaha.
Ada banyak cara untuk melampaui rasa takut. Misalnya keberanian seorang Soekarno yang menawarkan Pancasila kepada para pemimpin dunia di hadapan Sidang PBB. “Keberanian Soekarno lahir setelah ia mempelajari jati diri dan sejarah bangsa,” menurut Kang Dian, inilah keberanian yang timbul dari dalam dan melampaui rasa takut. Kang Dian juga mengajak peserta untuk belajar dari seorang Mahatma Gandhi, salah satu inspirasi Soekarno. Mahatma Gandhi mengatasi rasa takutnya dengan Cinta, dengan cara tanpa kekerasan, yang terbukti dimana beliau dengan sukses memimpin India bebas dari penjajahan.
Tidak hanya memberikan materi, Kang Dian juga berbagi tips sederhana untuk mengatasi rasa takut yaitu lewat ketenangan diri. Latihan nafas perut diberikan dengan diiringi musik lembut untuk para peserta. 1 kali tarikan nafas, berarti 3 kali denyut jantung, dan 9 kali denyut otak, berarti “semakin pelan nafas kita, semakin kita tenang sehingga takut akan lebih teratasi,” ungkap Kang Dian. Terbukti hanya dengan 3 menit latihan nafas perut, wajah peserta menjadi lebih sumringrah dan santai!
Sesi tanya-jawab dimanfaatkan dengan sangat baik oleh para peserta. Hampir semuanya dengan antusias bertanya tentang bagaimana mengatasi rasa takutnya masing-masing. Kang Dian menjawab lugas bahwa latihan nafas perut bisa menjadi solusi yang sederhana namun sangat efektif. Sarannya yang pasti adalah melakukan latihan nafas perut secara rutin selama 20 menit setiap hari selama 21 hari karena kebiasaan yang dilakukan secara rutin selama 21 kali akan membentuk synaps baru di otak, dalam hal ini adalah synaps ketenangan diri. Kang Dian menegaskan bahwa inilah perbedaan NSE dengan seminar motivasi karena NSE memberikan tools bagi peserta untuk memberdayakan diri dan mengupayakan perubahan dari dalam sehingga tidak tergantung pada semangat dari luar. Mengenai cara mengatasi trauma, Kang Dian menyarankan bahwa katarsis, yaitu pembuangan sampah memori mental-emosional adalah hal yang paling efektif. “Menulis diari adalah salah satu katarsis paling ringan,” ungkap Kang Dian.
Tepuk tangan dan tawa dari para peserta yang mengisi ruang multimedia, Gedung Learning Centre Lantai 2 IT Telkom Bandung, selama 2 jam acara, mulai dari pukul 15.00 WIB sampai 17.00 WIB, adalah bukti acara ini tak membosankan. Bahkan, ketika di akhir acara, Pak Iwan Iwut menanyakan kepada seluruh peserta tentang kemungkinan diadakannya workshop Fear Management di IT Telkom, semua tangan teracung setuju! Para peserta juga mengharapkan suatu saat bisa ada undangan kepada penulis buku Fear Management, yaitu Bapak Anand Krishna untuk hadir di kampus IT Telkom! Mengutip kata salah satu peserta, Diskusi Terbuka ini benar-benar “WOW!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H