Mohon tunggu...
Yudha Prawira
Yudha Prawira Mohon Tunggu... Penulis - Bersyukur dan ikhlas

Mahasiswa sosial ekonomi pertanian

Selanjutnya

Tutup

Money

Sawit Sebagai Solusi, Indonesia Daulat Energi

18 Oktober 2019   16:50 Diperbarui: 19 Oktober 2019   12:20 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2018, kita, Indonesia mengonsumsi 15 juta kiloliter solar. Bila subsidi untuk tiap liter solar sebesar Rp 2.000, dalam satu tahun pemerintah mengeluarkan Rp 30 triliun hanya untuk subsidi solar. Baru dari solar. Belum bensinnya.

Mari kita melakukan perhitungan kasar. Berandai-andai sejenak. Apa yang bisa pemerintah lakukan dengan uang segitu.

Jika anggaran Dana Desa untuk masing-masing desa sebesar 1 miliar, uang 30 triliun bisa digunakan untuk membiayai Dana Desa sebanyak 30.000 desa. Arus peredaran uang tidak menumpuk di Ibu Kota. Ketimpangan perekonomian antara desa dan kota bisa diperkecil.

Jika biaya pembangunan jalan tol adalah 90 miliar per km, uang 30 triliun bisa digunakan untuk membangun jalan tol sepanjang 330 km. Hampir sama dengan jarak jalan dari Surabaya ke Semarang. Itu jalan tol di Jawa. Di luar Jawa mungkin lebih panjang lagi.

Jika biaya investasi PLTU per MW adalah 20 miliar, uang 30 triliun bisa digunakan untuk membangun pembangkit listrik tenaga uap dengan kapasitas 1.500 MW. Kapasitas sebesar itu sudah menggunakan teknologi terbaru itu. USC. Ultra super critical. Yang sangat efisien. Yang hanya bisa dikalahkan pembangkit nuklir. Sehingga tidak ada kejadian mati lampu lagi. Yang dana kompensasinya mencapai Rp 840 miliar itu. Terbesar dalam sejarah.

Itu semua baru dari subsidi solar. Belum bensin-nya.

Lagi, jika membangun satu bendungan irigasi menghabiskan biaya 1 triliun, uang subsidi itu bisa digunakan untuk membangun 30 bendungan. Agar petani bisa panen dua kali dalam setahun. Agar kita, Indonesia tidak melulu impor-impor bahan pangan. Kalau bisa ekspor. Toh negeri kita gemah ripah loh jinawi. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman bukan?

Bisa juga untuk membiayai dana beasiswa pelajar dan mahasiswa Indonesia. Agar SDM kita unggul, negara kita Indonesia maju. Entah 30 triliun bisa untuk membiayai berapa pelajar dan mahasiswa. Dan masih banyak lagi.

Sekali lagi. Itu semua baru dari subsidi solar. Belum bensin-nya.

Mandatori B20

Sekarang muncul pertanyaan. Mungkinkah subsidi itu dihapuskan?

Jawabannya adalah: mungkin.

Malah memang mau dihapuskan sepertinya. Oleh pemerintah. Tentu bertahap. RAPBN 2020 menganggarkan subsidi untuk solar turun Rp 500 per liter. Jadi, Rp 1.500 per liter solar.

Kalau subsidi dihapuskan, harga barang-barang ikut naik dong? Kan barang-barang diangkut menggunakan truk. Dan truk pengangkut baru bisa jalan mengantarkan barang kalau sudah diisi solar?

Tentu pemerintah sudah berhitung.

Pernah dengar B20? Bukan, bukan B20 pasien HIV.

B20 yang sering didengung-dengungkan presiden kita, Joko Widodo. Mandatori B20.

Mohon maaf, saya tidak menemukan penjelasan arti kata 'mandatori'. Di website KBBI, yang ada hanya arti kata 'mandat'. Sepertinya memang belum menjadi kata baku. Mungkin pembaca budiman ada yang bisa menemukan?

Menurut KBBI, mandat artinya perintah atau arahan yang diberikan oleh orang banyak -rakyat, perkumpulan, dan sebagainya- kepada seseorang atau beberapa orang untuk dilaksanakan sesuai dengan kehendak orang banyak itu.

Mandatori B20 adalah mandat dari pemerintah. Mewajibkan pencampuran solar 80% dengan biodiesel 20%. Program ini dijalankan secara masif di semua sektor terhitung tanggal 1 September 2018.

Mandatori B20 diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 12 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.

Sawit Sebagai Solusi

Ada dua permasalahan sekaligus yang dipecahkan. Melalui pemanfaatan minyak sawit. Sebagai sumber energi terbarukan Indonesia. Defisit bahan bakar. Dan kelebihan pasokan minyak kelapa sawit.

Defisit bahan bakar minyak.

Indonesia adalah importir minyak dunia. Pemerintah menggelontorkan banyak uang untuk subsidi bahan bakar. Seperti yang telah saya uraikan di muka. Mandatori B20 adalah langkah awal Indonesia untuk terbebas dari defisit bahan bakar minyak. Langkah awal Indonesia memasuki era energi baru dan terbarukan.

Oversupply minyak sawit.

Akhir-akhir kita mungkin sering mendengar. Harga minyak sawit mencapai level terendah. Banyak faktor yang melemahkan harga minyak sawit.

India dan Uni Eropa --dua negara --atau persatuan negara-negara-- utama importir minyak sawit Indonesia- memasang trade barrier untuk sawit Indonesia.

Uni Eropa melakukan kampanye menolak penggunaan produk berbasis minyak sawit. Lewat European Union's Renewable Energy Directive (RED) II.

India -importir terbesar sawit Indonesia- menaikkan tarif masuk minyak sawit dari Indonesia.

Hal tersebut menyebabkan pasokan dalam negeri berlebih.

Pemanfaatan sawit sebagai sumber energi akan meningkatkan permintaan dalam negeri. Sehingga kelebihan pasokan minyak sawit akan teratasi. Perekonomian bergerak. Harga kembali stabil. Petani sejahtera. Pun pengusaha.

Indonesia memiliki potensi besar. Sumber daya nabati-nya melimpah. Salah satunya kelapa sawit.

Minyak sawit memiliki potensi. Sebagai salah satu energi terbarukan masa depan. Memenuhi kebutuhan bahan bakar Indonesia. Berkontribusi terhadap suplai energi bersih dunia.

Sehingga tercapai visi: Indonesia daulat energi.

Sekali lagi itu semua baru dari solar. Belum bensin-nya. Sassus yang beredar, penelitian terbaru dari ITB mengungkapkan bahwa ternyata minyak kelapa sawit juga bisa dimodifikasi menjadi bensin. Biohidrokarbon.

Berarti perhitungan kasar di awal tulisan perlu dihitung kembali. Karena ternyata minyak sawit bukan hanya dapat menjadi bahan baku dari solar. Namun juga bahan baku bensin.

Salam.(Yudha Prawira)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun