Mohon tunggu...
Yudha Kids
Yudha Kids Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang yang phobia terhadap durian dan produk turunannya, alergi masakan berbahan dasar ikan patin dan menyukai animasi (terutama menonton)...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Makanan dengan Rasa yang Alami

11 April 2012   16:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:44 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13341622241443189925

Jadi iri sebenarnya kalau melihat pembawa acara atau host jika melihat program tv yang bertemakan kuliner. Kenapa tidak? Mereka dapat dengan sangat santai dan dengan tampang yang nikmat melahap menu-menu yang tersedia. Duh...pengen juga sih kayak gitu...

Sejak saya bisa nonton tv sendiri, yang namanya acara mengenai kuliner ini saya memang senang, mulai dari masak memasak atau sekedar santap melahap, saya akan tonton terus. Dulu itu yang cukup populer adalah acara masak bareng Rudy Choirudin di salah satu stasiun tv swasta lokal, atau untuk yang luar negerinya itu saya sering nonton acara masak Redzuawan Ismai alias Chef Wan. Nonton Chef Wan ini saya paling suka karena acaranya berbahasa Inggris, jadi nama bumbu masakan seperti bawang, jahe, lengkuas, laos, dan rekan disebut dalam bahasa Inggris, cukup lucu dan menambah wawasan juga.

Itu dulu, nah sekarang ini udah semakin beragam acara masak memasak (walaupun saya kadang-kadang lupa jadwal tayangnya tapi biasanya tayang di Trans TV atau Trans7) seperti Ala Chef Farah Quiin, Gula-gula bareng Bara (saya lebih senang nonton Gula-gula dibanding Ala Chef), atau Harmoni Alam (ini yang paling saya suka, karena masaknya di alam terbuka dengan bahan-bahan yang didapat dari sekitar, cuman pake kompor portable, dan masaknya agak berantakan, lebih realistis gitu). Untuk acara luar negerinya kayak Rachel Ray di Metro Tv.

Nah, soal acara santap menyantap, acara yang pertama kali saya tonton itu acara makan-makan berbahasa mandirin (saluran tv luar negeri, nontonnya pake parabola) yang dibintangi oleh paman gendut (saya lupa bagaimana orangnya, yang jelas sering main film Hongkong di tahun 90 an), terus acara TV Champion di TPI edisi makan, dalam artian adu makan paling banyak. Lanjut ke acara lokal seperti Selera Nusantara, Wisata Kuliner, Bedu Boelo, dan lain-lain lah, pokoknya banyak deh.

Nah lalu apa? Kalau saya perhatikan (terutama acara masak-memasak) mereka selalu menyebutkan bumbu-bumbu yang digunakan dalam masakan tersebut (dalam acara santap menyantap pun kadang-kadang hal ini ditanyakan juga), dan bumbu yang dipakaipun adalah bumbu-bumbu yang lazim digunakan sepertii garam, gula, merica dan lain-lainlah. Semuanya bumbu yang digunakan adalah bumbu alami (terutama masakan lokal) dan tidak menggunakan penguat rasa buatan (Monosodium glutamat atau msg). Dan inilah maksud saya membuat tulisan ini...

Bagi sebagian kita (terutama ibu rumah tangga, karena ibu rumah tangga yang sering masak) tidak pede masak kalau masakannya tidak diberi penguat rasa. Apalagi kalau rumah makan, ramuan bumbunya dikit penguat rasanya yang banyak dengan alasan biar hemat. Padahal (menurut nenek saya) zaman dulu itu (beliau cerita dengan setting tahun perjuangan) bumbu masak itu cuman gula dan garam, tetap enak juga.

Ya wajar aja enak, kan lagi masa susah saat itu, siapa pula yang mikirin tuk makan enak?...kalau begitu pertanyaannya, saya pernah minta nenek saya tuk masak masakan yang sama cara masaknya dengan yang dia bilang, pake gula dan garam, tetap enak dan sedap.

*****

Hampir semua kita pasti pernah jajan bakso, nah coba perhatikan saat tukang bakso menyiapkan semangkuk bakso, pasti di mangkuk itu tukang baksonya menuangkan penguat rasa dan itupun jumlahnya cukup banyak, sampai menimbulkan gundukan kecil putih di dalam mangkuk sebesar genggaman tangan (mangkuk kecil msg nya banyak). Saya sih pernah beli bakso yang tanpa penguata rasa, duh...ntah kemana-mana rasanya, kecuali kalau kuahnya itu kaldunya ok, ini kuahnya kayak air panas dikasih bawang goreng aja, ampun deh. Bahkan uni jual lotek di depan simpang pun pas mengulek kacang pun nuang bubuk putih ajaib itu di adonan kacangnya, alhasil, duh..enak banget, bikin nagih,...abis itu kepala agak pusing dan lidah menjadi kebas.

Tidak dapat kita hindari, hampir semua masakan yang kita beli diluar (bukan masakan yang dibuat sendiri) pasti menggunakan penguat rasa, ntah itu ajinomotolah, sasa, royco, masako, tepung bumbu, pokoknya yang mengandung msg.

Saya bukannya ingin menambah kontroversi msg ini, TAPI YANG SAYA INGINKAN ADALAH MAKAN MAKANAN DENGAN BUMBU YANG ALAMI, dengan rasa yang berasal dari bahan makanan, seperti di acara masak-memasak di tv itu, ada seperti di film Le Gran Chef, komik Master Cooking Boy, sebuah rasa masakan yang berasal dari bahan yang dimasak, bukan dari rasa yang telah diperkuat dengan bumbu buatan alias penguat rasa atau msg.

Memang sih bagi sebagian orang kalau makan masakan tanpa msg rasanya hambar, itu karena lidah anda sudah kurang peka karena terlalu sering makan makanan yang rasanya dikuat dengan msg itu.

Ya udah masak aja sendiri? Kata teman saya, nah itu dia, kalau saya masak sendiri berarti acara di tv itu bohong donk, masakan enak tapi dengan penguat rasa, koki apaan tu? Atau yang begituan cuman ada di tv dan film tapi tidak di dunia nyata, wah...kecewa saja....

Walaupun demikian, saya tidak alergi msg kok, kadang saya juga suka jajan kuliner yang pastinya pakai penguat rasa atau msg, ya namanya juga selera. Namun saya juga berharap dapat menemukan kuliner dengan rasa yang alami, rasa yang berasal dari bahan dan ramuan bumbu yang pas, bukan dari penguat rasa atau msg. Ada yang mau berbagi info?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun