Mohon tunggu...
Ter Luka
Ter Luka Mohon Tunggu... -

silence

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan

20 Juli 2012   17:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

semula dia hanya udara yg mencium wangi bumi
kerinduan kemudian membuatnya mengkristal dlm dingin
seawal rimis serupa rintik
lalu ritmis menjelma risik

dia jatuh
tumpah pada pohon-pohon cemara
tergelincir di lembar daun-daun
melenting pada genting
juga mericik di halaman rumah yang tak henti kau impi

segudang pesan dia sampaikan
bertabur harapan dan kenangan
selepas dia merebah pada rindunya yang tak lagi cemas, dia kembali
menjadi semula lewat doa yang membawanya kepada langit

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun