Mohon tunggu...
Rizwari Yudha Bathila
Rizwari Yudha Bathila Mohon Tunggu... Administrasi - Staff Media Sosial

Saya sangat suka menulis dan membuat sebuah berita berkaitan dengan Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perjalanan Pulang Penuh Makna: Swasembada Energi dan Impian Besar Bangsa

21 Januari 2025   13:25 Diperbarui: 21 Januari 2025   13:25 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden RI, Prabowo Subianto Resmikan 37 Proyek Ketenagalistrikan Nasional di 18 Provinsi, Jatigede, Sumedang, Jawa Barat. Foto: Whatsapp/Pribadi

Jumat malam itu, tanggal 17 Januari 2025, pukul 19.30 WIB, menjadi penutup hari yang cukup melelahkan bagi saya di kantor. Hari itu penuh dengan berbagai tugas yang menumpuk, tenggat waktu yang mendesak, dan rapat yang seolah tiada habisnya. Namun, ada perasaan lega ketika pekerjaan terakhir berhasil diselesaikan. Sebelum meninggalkan meja kerja, saya menyempatkan diri untuk merapikannya dan menyusun dokumen ke dalam map, menempatkan alat tulis kembali ke tempatnya, dan menyeka permukaan meja agar bersih. Aktivitas sederhana ini selalu memberi saya perasaan puas, seolah-olah menata pikiran dan perasaan yang sempat kusut sepanjang hari.

Tas kerja yang sudah penuh dengan berkas dan laptop saya sandang, lalu saya berjalan keluar menuju lobi gedung. Langkah saya terasa ringan, meskipun tubuh ini sedikit lelah. Di lobi gedung yang berlampu temaram, suasana malam Jakarta mulai terasa. Udara malam yang sedikit lembab menyambut saya ketika pintu otomatis terbuka, membawa aroma khas kota besar yang dipadukan dengan sedikit bau aspal dan asap kendaraan. Langit gelap dihiasi cahaya lampu dari gedung-gedung tinggi yang berdiri megah di sekeliling.

Saya melangkah menuju halte pengumpan bus Transjakarta yang terletak tidak jauh dari gedung kantor. Di halte, beberapa orang juga terlihat menunggu, sebagian besar dengan wajah lelah yang mirip dengan saya. Jalanan masih dipadati kendaraan, meskipun arus lalu lintas tidak sepadat jam pulang kantor sebelumnya. Klakson kendaraan sesekali terdengar, bersahutan dengan suara mesin motor dan obrolan pelan dari penumpang lain.

Ketika saya melihat jam di layar ponsel menunjukkan pukul 19.45 WIB, saya merasa lega karena bus yang saya tunggu masih dalam jadwal operasional. Tidak lama kemudian, bus yang saya nantikan akhirnya tiba. Penumpang yang menunggu bersama saya mulai bergerak mendekati pintu masuk bus. Saya berdiri dengan tenang, menunggu penumpang yang turun terlebih dahulu. Setelah itu, saya melangkah masuk ke dalam bus, men-tap kartu e-money pada mesin Tap On Bus (TOB) yang mengeluarkan bunyi beep. Bunyi itu selalu menjadi tanda awal perjalanan pulang, memberikan rasa nyaman dan rutinitas yang menenangkan.

Di dalam bus, udara dingin dari pendingin ruangan menyentuh kulit saya, memberikan rasa segar setelah berada di luar yang sedikit lembab. Saya melangkah ke bagian belakang, mencari tempat duduk kosong. Setelah menemukannya, saya segera duduk, meletakkan tas di pangkuan, dan menghela nafas panjang. Pandangan saya mengarah ke luar jendela, menikmati pemandangan malam Jakarta. Lampu jalan yang berjajar rapi, gedung-gedung yang gemerlap, dan kendaraan yang berlalu lalang menciptakan suasana kota yang tidak pernah benar-benar tidur.

Ketika mata mulai lelah menatap ke luar, saya merogoh saku jaket sebelah kiri untuk mengambil ponsel. Saat itu, ponsel saya berdering, menampilkan nama ibu di layar. Senyuman otomatis muncul di wajah saya. Tanpa ragu, saya mengangkat panggilan itu. Suara ibu yang lembut dan penuh kasih sayang terdengar, seperti pelipur lelah yang sudah menumpuk seharian. Ia menanyakan kabar saya, mengingatkan untuk tidak lupa makan, dan bercerita tentang keseharian di rumah. Percakapan sederhana itu selalu berhasil membuat saya merasa dekat, meskipun jarak memisahkan kami. Setelah beberapa menit berbicara, saya menutup panggilan dengan ucapan salam dan rasa syukur.

Ponsel tetap berada di tangan saya, dan saya memutuskan untuk membuka browser berita. Saya mulai menggulir layar, membaca artikel-artikel terkini yang muncul di halaman utama. Salah satu judul menarik perhatian saya: "Prabowo Resmikan 37 Proyek Listrik di 18 Provinsi: Kita Menuju Swasembada Energi". Saya membuka artikel itu, membaca dengan saksama setiap detail yang dituliskan.

Artikel tersebut mengisahkan peresmian 37 proyek ketenagalistrikan nasional yang tersebar di 18 provinsi oleh Presiden RI, Prabowo Subianto, yang dilakukan di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede, Sumedang, Jawa Barat. Proyek-proyek ini meliputi pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, hingga tenaga surya, sebagai bagian dari transformasi Indonesia menuju energi terbarukan.

Prabowo dalam pidatonya juga turut menyampaikan optimisme bahwa Indonesia tengah menuju swasembada energi. Ia menyoroti bahwa Indonesia tidak hanya memiliki sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga kemampuan untuk mengolahnya menjadi energi terbarukan. Dalam lima tahun ke depan, katanya, Indonesia diharapkan tidak lagi perlu mengimpor BBM dari luar negeri.

Pidato Prabowo yang penuh semangat itu memberikan rasa bangga sebagai warga negara. Prabowo juga menekankan pentingnya kerja keras, kejujuran, dan komitmen kolektif untuk memajukan bangsa. Bayangan tentang Indonesia yang mandiri dalam sektor energi perlahan terlintas di benak saya. Dalam hati, saya merasa bahwa langkah besar ini adalah wujud nyata dari impian besar untuk menjadikan Indonesia lebih maju dan mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun