Siang yang mendung, tepatnya hari Jumat, 17 Januari 2025, suasana kota Jakarta terasa begitu sejuk dan tenang. Langit yang kelabu dipenuhi awan tebal, menghalangi pancaran matahari yang biasanya terik. Sinar matahari yang tertutup awan menciptakan efek pencahayaan lembut yang memantulkan nuansa abu-abu di sepanjang jalan. Sesekali, angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa kesejukan yang memberikan kenyamanan di tengah rutinitas kota yang sibuk. Jam di dinding kantor sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB, pertanda bahwa waktu shalat Jumat sudah semakin dekat.
Saya segera bergegas menuju mushola kantor untuk mengambil wudhu. Langkah kaki saya sedikit tergesa, namun tetap penuh kehati-hatian agar tidak terpeleset di lantai yang baru saja dibersihkan. Begitu memasuki mushola, aroma khas karbol dari lantai yang mengkilap segera tercium. Suasana di dalam mushola terasa sangat menenangkan, dengan udara sejuk dari pendingin ruangan yang mengalir lembut. Beberapa rekan kerja juga terlihat sedang bersiap mengambil wudhu. Air dingin yang mengalir dari keran menyentuh kulit saya, memberikan sensasi segar yang mengusir rasa lelah akibat aktivitas pagi.
Setelah selesai berwudhu, saya segera bergabung dengan teman-teman kantor yang sudah menunggu di dekat lift. Arman, Huda, Bagus, dan Lutfhi, teman-teman yang selalu saya temui setiap hari, tampak sedang berbincang sambil menunggu lift tiba. Arman, seperti biasa, membawa tas kecil kesayangannya yang selalu ia bawa ke mana-mana. "Kalau terlambat, nanti kebagian tempat di luar," candanya, mencoba membuat kami sedikit lebih bersemangat. Semua tertawa kecil, menikmati momen ringan sebelum melangkah menuju masjid.
Lift pun tiba. Kami berlima masuk dengan tergesa-gesa. Namun, Huda yang terkenal dengan sifat isengnya, sempat menekan beberapa tombol lantai lain sebelum akhirnya menekan tombol "L" untuk lobby. "Biar kita punya waktu tambahan buat ngobrol," katanya sambil tersenyum jahil. Kami semua hanya bisa tertawa kecil, mengingat ini bukan kali pertama ia melakukan hal tersebut. Perjalanan lift terasa lebih menyenangkan dengan candaan dan gurauan yang mengisi waktu singkat menuju lantai dasar.
Begitu tiba di lobby, kami segera keluar dari gedung kantor. Udara luar terasa sejuk, jauh lebih nyaman dibandingkan udara hangat di dalam ruangan. Langit mendung memberikan kesan damai, meski di sisi lain jalan raya masih dipenuhi hiruk-pikuk kendaraan yang sibuk. Tanpa banyak bicara, kami mempercepat langkah menuju Masjid Al-Hidayah, yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor. Perjalanan ini hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit, namun terasa lebih lama karena kami berjalan sambil berbincang ringan. Gurauan dan candaan teman-teman kantor membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan.
Ketika kami tiba di masjid, suasana di dalamnya sudah mulai ramai. Para jamaah, yang datang dari berbagai penjuru, memenuhi saf-saf yang masih tersedia. Kami segera mencari tempat duduk di saf tengah, yang masih cukup kosong. Masjid Al-Hidayah terlihat begitu megah dengan langit-langit tinggi yang dihiasi ornamen kaligrafi indah. Udara di dalam masjid terasa sejuk, membantu para jamaah merasa lebih nyaman untuk beribadah. Ketika khatib naik ke mimbar, suasana masjid mendadak hening. Semua perhatian tertuju pada khutbah yang disampaikan dengan suara lantang dan penuh semangat.
Khutbah hari itu benar-benar menyentuh hati. Khatib mengingatkan kami semua tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia. Ia juga membahas tentang tantangan-tantangan hidup di zaman modern serta cara menghadapinya dengan iman yang kuat. Kata-kata khatib seolah menjadi penyemangat untuk menghadapi sisa hari dengan lebih baik. Selepas shalat Jumat, suasana masjid menjadi lebih hidup. Para jamaah saling menyapa dan berbincang ringan sebelum kembali ke aktivitas masing-masing.
Setelah selesai melaksanakan shalat Jumat, saya dan teman-teman memutuskan untuk tidak langsung kembali ke kantor. Kami memilih duduk sejenak di luar pelataran masjid, bersandar di tiang penyangga bangunan yang besar. Angin sepoi-sepoi yang berhembus lembut membuat suasana siang itu terasa sangat damai. Dari tempat saya duduk, saya bisa melihat aktivitas orang-orang di sekitar masjid, ada yang sedang berdagang, ada pula yang sibuk mengatur parkir kendaraan.
Saat sedang menikmati suasana, saya merasakan getaran dari ponsel yang ada di saku celana kanan. Ternyata ada panggilan tak terjawab dari ibu saya. Segera saya menelepon balik. Setelah beberapa kali dering, suara lembut ibu saya terdengar dari seberang. Kami berbincang tentang kabar keluarga, aktivitas sehari-hari, dan beberapa rencana kecil yang akan dilakukan di akhir pekan. Meski hanya beberapa menit, percakapan tersebut memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Mendengar suara ibu selalu membawa ketenangan dan semangat baru.
Setelah selesai menelepon, saya membuka aplikasi berita untuk melihat informasi terbaru. Saat menggeser layar, perhatian saya tertuju pada sebuah judul artikel yang menarik: "Dukung Program Presiden Prabowo, Legislator Gerindra HRA Ajak Warga Menjaga Kekompakan untuk Kemajuan Lingkungan."Â