Di sore hari yang cukup cerah, tepatnya Jumat, 10 Januari 2025, pukul 16.45 WIB, suasana di kantor terasa nyaman dan menenangkan. Udara sejuk dari pendingin ruangan berpadu dengan aroma kopi yang samar-samar tercium dari pantry. Suara ketukan keyboard, bunyi klik mouse, dan sesekali obrolan ringan antar rekan kerja menjadi latar belakang yang akrab terdengar. Dari tempat saya duduk di meja kerja, pemandangan langit sore yang mulai berubah warna terlihat sangat jelas melalui jendela besar di sudut ruangan. Langit yang sebelumnya biru cerah mulai dihiasi semburat jingga dan merah keemasan. Gradasi warna yang indah itu memikat perhatian saya, membuat saya berhenti sejenak untuk mengaguminya. Rasanya seperti hadiah kecil di penghujung hari yang melelahkan.
Hari itu, seperti biasanya, dipenuhi dengan berbagai aktivitas pekerjaan. Sejak pagi, saya tenggelam dalam tugas-tugas yang membutuhkan fokus dan konsentrasi tinggi. Mulai dari menyusun laporan keuangan, memverifikasi data dalam dokumen penting, hingga mempersiapkan bahan presentasi untuk rapat mingguan. Setiap detail memerlukan perhatian ekstra karena kesalahan sekecil apa pun bisa berdampak besar. Meski demikian, saya merasa bersyukur dan puas karena semua tugas berhasil saya selesaikan pekerjaan itu dengan baik sebelum waktu pulang kerja tiba.
Namun, di tengah rasa lega itu saat saya menyandarkan punggung di kursi, saya tersadar bahwa saya belum menunaikan ibadah shalat ashar. Dengan segera, saya berdiri dari kursi, dan berjalan menuju mushola kantor untuk melaksanakan ibadah tersebut. Mengambil air wudhu di mushola kantor, dan melangkahkan kaki dengan niat untuk beribadah. Mushola terletak tidak jauh dari ruangan kerja saya. Saat tiba disana, suasana terasa tenang dan damai. Beberapa rekan kerja juga terlihat khusyuk menjalankan shalat. Setelah mengambil wudhu, saya pun melaksanakan shalat ashar dengan khusyuk dan penuh kesungguhan, memohon kekuatan dan keberkahan untuk menjalani hari-hari ke depan.
Usai menunaikan sholat, saya kembali ke meja kerja. Tidak lama berselang, nada dering dari ponsel saya terdengar. Saya segera meraih ponsel yang tergeletak di meja dan melihat nama Putri, salah satu rekan kerja saya, muncul di layar. Saya langsung menjawab panggilan tersebut. Dalam percakapan itu, Putri membahas beberapa hal terkait pekerjaan yang telah saya selesaikan hari itu. Kami juga mendiskusikan beberapa rencana untuk menyelesaikan tugas-tugas lainnya yang dijadwalkan untuk esok hari. Percakapan kami berlangsung sekitar 15 menit, penuh dengan diskusi serius namun tetap diselingi canda ringan yang membuat suasana lebih santai. Setelah mencapai kesepakatan, kami menutup telepon dengan harapan bahwa semua rencana akan berjalan lancar.
Setelah panggilan berakhir, saya melirik layar ponsel saya, memeriksa apakah ada notifikasi penting lainnya. Namun, tidak ada hal mendesak yang perlu segera ditindaklanjuti. Merasa memiliki waktu luang sejenak, saya membuka aplikasi portal berita online.Â
Membaca berita adalah kebiasaan yang sering saya lakukan untuk mengisi waktu kosong sekaligus menambah wawasan. Saat menggulir layar, saya menemukan banyak artikel menarik. Namun, perhatian saya tertuju pada sebuah judul yang mencolok: "Muzani: Presiden Prabowo akan Permudah Koordinasi dengan Kepala Daerah guna Penyelesaian Masalah Rakyat."
Artikel tersebut menjelaskan tentang bagaimana Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menghadiri sebuah acara silaturahmi dengan para kepala daerah di Provinsi Lampung. Dalam acara tersebut, Muzani menyampaikan pesan penting dari Presiden Prabowo Subianto mengenai komitmennya untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini dilakukan demi menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, mulai dari isu infrastruktur, pendidikan, hingga kesejahteraan sosial. Acara ini juga bertujuan untuk menyamakan persepsi dan semangat antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah rakyat.
Dalam sambutannya, Muzani menyampaikan bahwa dukungan Partai Gerindra terhadap para kepala daerah tidak hanya berhenti saat kampanye, tetapi juga berlanjut setelah mereka menjabat. Hal ini, menurutnya, sejalan dengan semangat Presiden Prabowo Subianto untuk mempermudah komunikasi dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah.
"Presiden Prabowo akan mempermudah komunikasi antara Bapak Ibu semua kepada pemerintah pusat," ujar Muzani dalam sambutannya. Ia juga menekankan pentingnya komunikasi dan solusi yang konkret untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Selain itu, Muzani mengingatkan para kepala daerah untuk menjauhi tindakan korupsi dan tetap fokus pada pengabdian kepada rakyat.
Artikel itu juga menyoroti bagaimana Prabowo ingin menjadikan Lampung sebagai salah satu provinsi penopang swasembada pangan nasional. Muzani meminta para kepala daerah untuk mencatat dan melaporkan masalah-masalah yang ada di wilayah mereka agar dapat dikoordinasikan dengan kementerian terkait. "Ujung-ujungnya tetap pemerintah daerah yang akan menjalankan program-program ini, seperti makan bergizi gratis, pembangunan infrastruktur, hingga peningkatan pelayanan kesehatan," lanjutnya.