Jika ini berlanjut akan memicu stres dan gangguan psikis disertai gangguan fisik (psikosomatis). Tidak baik memendam emosi yang menumpuk karena akan berpengaruh kesehatan mentalnya.
Saat merasa sedih, kecewa, marah, perasaan ini tidak diluapkan dan memaksakan untuk berpikir positif dan menampilkan bahwa tidak terjadi apa-apa, sebenarnya ada perasaan menyalahkan diri sendiri karena tidak sesuai ekspektasinya. Sehingga akan memperburuk perasaan negatif dalam diri.
Empati yang dibutuhkan bukan "positivity" yang toksik
Kata penyemangat yang memotivasi memang membantu dalam memulihkan perasaan yang akan menyerah, namun tidak semua kata-kata positif mengobati perasaan negatif dikala menghadapi pengalaman hidup yang mengecewakan.Â
Apalagi disaat menghadapi kekecewaan terberat, kegagalan berulang kali, mendengar kalimat ini "Hidup harus disyukuri, tidak boleh patah semangat. Pasti nantinya kamu berhasil..." kata-kata yang memotivasi tapi bisa juga menorehkan luka, hati yang tidak puas.Â
Tidak semua orang butuh nasihat yang positif, namun yang paling dibutuhkan adalah empati.
Ada beberapa tips agar kita tidak menjadi "toxic positivity" bagi orang lain:
1. Menghargai perasaan yang dirasakan orang lain
Berikan ruang bagi orang yang ingin mencurahkan perasaannya dan menceritakan permasalahannya. Tidak baik menyela ataupun langsung menilai masalah yang ia hadapi. Tunjukkan rasa empati bukan langsung menilai seseorang dan memberi nasihat tanpa memahami masalah yang dihadapi sebenarnya.
2. Setiap orang memiliki kekuatan mental yang tidak sama