Mohon tunggu...
dr. Ayu Deni Pramita
dr. Ayu Deni Pramita Mohon Tunggu... Dokter - Suka menulis tentang kesehatan, investasi dan budaya

Seorang dokter sederhana berasal dari Bali yang ingin berbagi ilmu dan pengalaman melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jangan Hidup Hanya untuk Memenuhi Ekspektasi Orang Lain

7 Juli 2020   17:15 Diperbarui: 7 Juli 2020   18:58 2397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa manusia butuh pengakuan orang lain? Karena dengan pengakuan orang lain kita mendapat nilai untuk dihargai dan dihormati. Nilai itulah yang mampu meruntuhkan rasa inferior. Kebanyakan orang terlalu menipu diri hanya untuk sebuah pengakuan bahwa kita sudah sukses, bahagia, dan sangat berkecukupan.

Saya ingin dipuji sebagai orang terpintar oleh teman-teman sekelas saya. Jika menjadi orang terpintar, mereka pasti menghormati saya. Saya harus menjadi juara kelas. Pengorbanan apapun akan saya lakukan, saya harus menjadi juara. Akhirnya saya mendapat peringkat 5 di kelas. Tentu tidak puas dan frustasi, membuat saya merenung, rasa iri dan minder muncul begitu saja. Kemampuan otak saya tidak bisa seperti kawan saya yang juara kelas, sayapun membuat contekan, menyewa joki, saya ingin nilai tertinggi di kelas. Rasa haus terhadap pengakuan orang lain terkadang membuat gelap mata dan hati nurani. Disadari betul kita hidup bukan untuk memuaskan ekspektasi orang lain apalagi sebuah pengakuan orang lain. Tanpa disadari saya memiliki bakat seni yaitu "melukis". Duduk sambil melukis membuat suasana hati lebih riang daripada membaca buku yang tebal dan menghitung banyak angka. Mengapa tidak melakukan sesuatu yang membuat saya bahagia ketimbang berharap sebuah pengakuan teman sekelas?

Sebagian besar orang tua juga mendidik anak dengan metode reward-punishment, jika seorang anak melakukan hal yang baik akan dipuji dan diberi hadiah, sebaliknya jika melakukan kesalahan akan diberi hukuman. 

Tentunya, seorang anak akan berpikir "jika tidak ada memujiku atau memberiku hadiah berarti aku melakukan tindakan yang salah dan jika tidak ada yang memberiku hukuman berarti aku sudah melakukan yang tepat" 

Seorang anak sedari kecil memandang sebuah pujian adalah nilai yang berharga untuk prestasi diri sendiri. Semakin bertambah umur maka mereka akan semakin cemas terhadap penilaian orang lain, sehingga akan bertindak atau melakukan apapun hanya untuk membuat orang lain senang dan nyaman dengannya.

Saya bekerja di kantor cukup baik apalagi terhadap klien, saya yang jujur dan memiliki loyalitas tinggi dalam bekerja. Kinerja kerja saya yang bagus ternyata tidak membuat bos dan teman kantor saya senang dengan saya. 

Malah bos saya sering memarahi saya, menyalahi saya setiap meeting, bahkan teman saya menjelekkan saya karena saya terlalu jujur dalam bekerja, susah diajak negosiasi. Alasan bos dan rekan kerja tidak menyukai saya sungguh tidak masuk akal. Apakah saya harus merubah prinsip saya bekerja agar saya disukai bos dan rekan kerja?

Tidaklah perlu merubah dirimu hanya untuk mengambil hatinya, menyenangkan mereka apalagi berharap sebuah pujian. Lakukan hal yang menurutmu baik buat perusahaanmu. Dalam hal ini, kamu perlu ciptakan hubungan interpersonal yang horizontal (klik)

Bekerjalah sesuai hati nuranimu, tetaplah menjadi dirimu, lakukan hal yang menurutmu baik. Bagaimanapun, mengubah cara bicara dan sikap diri sendiri sebagai manipulasi orang lain adalah cara berpikir yang salah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun