MEMIMPIN ORGANISASI DENGAN GAYA SUPIR BUS LABUAN
Serang, saat senja ini saya memikirkan tentang beberapa kendaraan yang saya sering tumpangi. Salah satu nya adalah bus dengan trayek Labuan – kalideres. Bus yang sangat digemari para mahasiswa ini juga menjadi saksi bisu beberapa mahasiswa dalam menimba ilmu di bangku perkuliahan di kampus Untirta. Dalam pemikiran saya, saya merenung memikirkan bagaimana psikologis supir bus beserta team nya tersebut. Ada hal yang sangat menarik menurut saya, ketika bus mulai berjalan perlahan keluar dari mulut terminal Kalideres ke arah barat. Sepanjang perjalanan sang supir sama sekali terlihat tidak waspada dan terkesan sembrono dengan tangan kanan memegang kendali stir dan tangan kiri menggenggam handphone. Namun, sang kondektur sangat awas dalam mencari penumpang bagai elang yang sedang mencari mangsa.
Perlahan bus mulai bergerak kencang membelah jalan Daan mogot menuju kota Tangerang. Tak ayal sang supir mendadak oleng ke kiri saat sang kondektur berteriak “awas aya sewa eta di kiri...! (awas ada penumpang di sebelah kiri...)”. sepanjang jalan protokol Tangerang sang kondektur terus berteriak menyebutkan nama daerah yang akan dilalui bus ini. “ayo Labuan Serang Pandeglang... bisa duduk...” begitu katanya. Kerjasama yang apik terus diperlihatkan oleh supir, 2 orang kondektur dan beberapa pedagang asongan yang bertugas sebagai mata – mata bagi para supir arah Labuan. Tugas pedagang asongan ini menjelaskan jeda waktu antara bus ini dengan bus yang ada di depannya. Terkadang mereka memberikan keterangan palsu karena diberi uang pulsa oleh bus yang ada di depan. Bus yang kosong saat keluar dari mulut terminal pun akhirnya penuh sesak akibat team dari bus ini yang sangat solid.
Menurut pengamatan saya, sebuah bus arah labuan memiliki team yang terdiri dari supir sebagai pemegang kemudi, dua ekor (karena selalu menyimpan sapu tangan di saku belakang bagai ekor sapi) kondektur yang memiliki tugas sebagai bagian keuangan dan navigator, seorang awewe hipu yang berkesempatan naik dengan gratis asalkan mau duduk disamping supir dan terkena senggolan iseng sang supir saat mengganti perseneling (khusus diatas jam 8 malam), para agen KPK (kacang, pisang, keripik) yang bertugas memberikan keterangan tentang keadaan dan kronologis bus yang ada di depan, dan seorang petugas dinas perhubungan yang memperbolehkan bus tidak masuk ke terminal Poris Plawad jika diberi uang jajan sebesar sepuluh ribu rupiah.
Setelah melewati daerah Kebon Nanas mereka memasuki jalan tol Tangerang – Merak, dan di jalan tol ini pun tugas kondektur dan supir sangat solid. Sang supir selalu menuruti kata – kata kondektur yang menjadi navigatornya. Saat kondektur berteriak “kiri kosong...!” maka bus pun diarahkan ke kiri. Begitu di bahu jalan kosong, sang kondektur terus berkata “kiri beak...! (kiri habis!)” dan bus pun melaju dengan kencang menembus bahu jalan. Jika malam sudah tiba, maka kendaraan melaju di jalan tol dengan kecepatan diatas 100km/jam. Berbeda dengan waktu siang yang berkecepatan maksimal hanya 90 – 100km/jam. Sehingga tidak sampai satu jam kendaraan sudah tiba di pintu tol Serang Timur.
Mengingat betapa apiknya pola organisasi dan komitmen dari supir bus dan team-nya itu, saya berfikir bahwa sebuah organisasi pun idealnya bisa seperti itu. Seorang ketua yang harus terus tancap gas agar cepat dan selamat sampai tujuan (visi) dari organisasi tersebut, dengan tetap mendengar apa kata anggota organisasi seperti seorang supir mendengar dan percaya apa yang diucapkan oleh kondektur. Kondektur yang hebat akan menghasilkan penumpang yang banyak, begitulah kira – kira pendapat seorang supir bus murni yang saya terjemahkan dari bahasa sunda ke bahasa Indonesia. Para anggota organisasi, menurut saya tak ubahya para kondektur ini (Meski secara status sosial lebih berwibawa ). Harus jeli melihat suasana, agar dipercaya oleh penumpang (ibaratkan penumpang adalah masyarakat) dan juga bisa dipercaya oleh seorang ketua. Sehingga saat anggota meminta ketua untuk bergerak ke kiri, seorang ketua pun karena sudah percaya maka akan membawa organisasi (ibaratkan bus adalah organisasi) ke arah kiri karena di kanan banyak halangan misalnya. Begitupun jika sudah tidak bisa ke kiri dan ke kanan maka anggota akan meminta ketua untuk berhenti sejenak dan menunggu celah untuk bergerak. Yang terpenting dari sebuah organisasi adalah bisa mencapai tujuan, dan tentunya itu bisa terlaksana hanya dengan kepercayaan yang utuh, komitmen, dan saling mendukung satu sama lain.
kepiawaian seorang ketua dalam memimpin organisasi juga sangat penting, jika tidak memiliki keterampilan yang baik maka akan lama dan bahkan akan tidak mungkin untuk mencapai tujuan. Seorang supir bus Labuan itu sudah sangat berpengalaman sehingga bisa dengan sigap dan ahli dalam mengendarai kendaraan. Jika tidak, sulit bus tersebut dikendalikan terutama dalam keadaan berkecepatan tinggi.
Proses supir bus tersebut tentu tidaklah mudah, banyak cobaan baik dari segi psikologis maupun dari hal lain yang sudah mereka lalui. Namun, Tuhan tentu tidak menilai kita dari hasil yang kita buat, melainkan dari usaha yang kita lakukan. Proses yang maksimal tentu akan memberikan hasil yang maksimal juga. Begitulah teori gaya dan usaha yang saya tahu sejak dari SD. Jika kita memberikan gaya terhadap benda A, maka benda tersebut akan bergerak sesuai dengan gaya yang kita berikan. Kembali lagi ke supir bus, tentu bukan hal yang mudah menjadi seorang supir (pemimpin). Namun, proses yang diikuti dengan serius dan tidak main – main tentu akan memberikan kita hasil yang juga tidak main – main. Meski dari penampilan tentu terlihat acak – acakan, namun mereka memiliki keahlian yang belum dimiliki banyak orang.
Proses dalam mengambil keputusan saat mengemudi, resiko yang diambil, kepercayaan yang tinggi, keharmonisan dalam organisasi, teguh pendirian, serta target waktu tiba di tempat tujuan yang harus dicapai adalah beberapa poin penting dalam organisasi. Saya pikir, banyak hal yang bisa kita ambil dari masyarakat sekitar kita tentang organisasi ataupun kepemimpinan. Seperti contoh yang saya ambil dari sikap para pengemudi bus arah Labuan ini. Semoga kita bisa belajar dari mereka yang sebenarnya belum tentu seberuntung kita yang bisa menikmati hidup dan pendidikan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H