Sebelumnya
Dalam pertemuan dengan Pak Edi, seorang politisi senior dari partai berkuasa, Dita dipaksa untuk menjelaskan visi dan misinya, yang sejauh ini selalu berbicara tentang pemilu yang bebas dari intervensi politik. Namun, Pak Edi tersenyum lebar, menepuk pundaknya, dan berkata, " Dita, kamu orang pintar, dan saya tahu kamu punya visi yang bagus. Tapi kamu harus sadar bahwa dunia politik bukan hanya tentang idealisme. Tanpa dukungan kami, kamu tidak akan bisa menang di seleksi KPU ini. Kamu harus bisa mendukung kami di masa depan."
Dita merasa tersudut. Ia tahu bahwa ini adalah taktik biasa yang diterapkan oleh banyak politisi, tetapi ia tidak ingin menjual prinsip-prinsipnya. Namun, ia juga sadar bahwa kesempatan untuk bisa mengubah sistem dari dalam hanya bisa dimulai jika ia terpilih. Begitu lama ia memimpikan posisi ini, dan ia tidak ingin melepaskan kesempatan itu begitu saja.
Seiring berjalannya waktu, dukungan mulai datang dari partai besar dan ormas besar. Dita merasa semakin terjepit. Untuk menjaga citranya di luar, ia terus berkomunikasi dengan rekan-rekannya yang idealis, salahsatunya Mawar sesama peserta seleksi,berbicara tentang perubahan yang ia harapkan setelah terpilih nanti. Namun, pada saat yang sama, ia tahu bahwa janji-janji yang ia buat terhadap partai besar tidak akan mudah dipenuhi tanpa berkompromi dengan banyak hal.
Pada akhirnya, Dita berhasil meloloskan diri ke tahap wawancara terakhir oleh Pansel. Ia masuk ke dalam ruang yang telah disediakan untuk proses seleksi akhir yang dilakukan Pansel. Semua pertanyaan yang diajukan berfokus pada pengalaman dan pemahamannya tentang sistem pemilu, serta bagaimana ia bisa memastikan bahwa pemilu berjalan dengan transparan dan bebas dari manipulasi.
Namun, sebuah pertanyaan mengejutkan datang dari seorang anggota tim seleksi yang baru saja bergabung. " Dita Mahendra, jika kamu terpilih menjadi Komisioner KPU Provinsi, apakah kamu bersedia untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan politik yang ada dan integritas lembaga ini? Apakah kamu siap untuk membuat keputusan yang bisa merugikan pihak-pihak yang telah mendukungmu?" tanya pria itu dengan nada yang serius.
Dita terdiam. Ia berpikir sejenak, mencoba menimbang jawabannya. Di satu sisi, ia merasa harus jujur dan berani menyatakan bahwa integritas dan independensinya lebih penting daripada apapun. Namun, ia juga tahu bahwa jika ia menjawab dengan terlalu jujur, ia bisa kehilangan dukungan yang telah ia dapatkan.
Setelah beberapa detik, Dita menarik napas panjang dan berkata, "Saya percaya bahwa keberanian dalam membuat keputusan adalah hal yang paling penting dalam menjalankan tugas sebagai Komisioner KPU Provinsi. Saya tidak bisa menjamin bahwa keputusan saya tidak akan merugikan pihak-pihak tertentu, tetapi saya bisa menjamin bahwa setiap keputusan yang saya ambil akan didasarkan pada prinsip keadilan dan transparansi. Saya akan selalu berusaha sebaik mungkin untuk menjaga integritas saya, meskipun itu berarti saya harus melawan arus."
Jawaban itu cukup mengejutkan tim seleksi, tetapi  tidak mengubah keputusan mereka. Dita lolos, berhak laju  ke tahap berikutnya yaitu uji kelayakan (Fit and Profer Test) oleh KPU RI.
Bersambung