Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan dan Politik

Pemerhati bidang sosial budaya, pendidikan dan politik mengantarkan dirinya menjadi kolumnis media lokal dan nasional. Pernah mengenyam pendidikan di MTs-MA YTI Sukamerang Cibatu Garut, S1 PBA Tarbiyah IAIN SGD Bandung dan S2 Ikom Unpad. Mediator bersertifikat dari PMI MM UGM, Arbitrase Kanaka Yogyakarta juga legal drafting dari Jimly School of Law and Government Jakarta. Istri dari F.Saad dan Ibu 3 anak ini pernah mengemban amanat sebagai Dosen di beberapa PTS atl: STIKOM Bdg, Institut Manajemen Telkom, APIKES Bdg, STABA (Sekolah Tinggi Analis Bhakti Asih Bandung), Fikom Universitas Sangga Buana dan Telkom University. Pernah aktif di beberapa lembaga negara atl: 2010-2012 Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Kec Cimenyan Kab Bdg; 2013-2018 Komisioner KPU Kab Bdg; 2019-2024 Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Ketua Persma Suaka IAIN SGD Bandung juga Presidium Forum Pers Mahasiswa (FPMB) Bandung 1997/1998 ini aktif juga di Dewan Pakar ICMI Orwil Jabar dan ICMI Kota Bandung, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jabar juga Majlis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Konspirasi Di Balik Kotak Suara KPU (Bagian 2)

31 Januari 2025   16:00 Diperbarui: 31 Januari 2025   15:44 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/romi80038/64673fa508a8b5500e109382/independensi-dan-netralitas-penyelenggara-pemilu-di-tahun-2024

Sebelumnya

Dalam pertemuan dengan Pak Edi, seorang politisi senior dari partai berkuasa, Dita dipaksa untuk menjelaskan visi dan misinya, yang sejauh ini selalu berbicara tentang pemilu yang bebas dari intervensi politik. Namun, Pak Edi tersenyum lebar, menepuk pundaknya, dan berkata, " Dita, kamu orang pintar, dan saya tahu kamu punya visi yang bagus. Tapi kamu harus sadar bahwa dunia politik bukan hanya tentang idealisme. Tanpa dukungan kami, kamu tidak akan bisa menang di seleksi KPU ini. Kamu harus bisa mendukung kami di masa depan."

Dita merasa tersudut. Ia tahu bahwa ini adalah taktik biasa yang diterapkan oleh banyak politisi, tetapi ia tidak ingin menjual prinsip-prinsipnya. Namun, ia juga sadar bahwa kesempatan untuk bisa mengubah sistem dari dalam hanya bisa dimulai jika ia terpilih. Begitu lama ia memimpikan posisi ini, dan ia tidak ingin melepaskan kesempatan itu begitu saja.

Seiring berjalannya waktu, dukungan mulai datang dari partai besar dan ormas besar. Dita merasa semakin terjepit. Untuk menjaga citranya di luar, ia terus berkomunikasi dengan rekan-rekannya yang idealis, salahsatunya Mawar sesama peserta seleksi,berbicara tentang perubahan yang ia harapkan setelah terpilih nanti. Namun, pada saat yang sama, ia tahu bahwa janji-janji yang ia buat terhadap partai besar tidak akan mudah dipenuhi tanpa berkompromi dengan banyak hal.

Pada akhirnya, Dita berhasil meloloskan diri ke tahap wawancara terakhir oleh Pansel. Ia masuk ke dalam ruang yang telah disediakan untuk proses seleksi akhir yang dilakukan Pansel. Semua pertanyaan yang diajukan berfokus pada pengalaman dan pemahamannya tentang sistem pemilu, serta bagaimana ia bisa memastikan bahwa pemilu berjalan dengan transparan dan bebas dari manipulasi.

Namun, sebuah pertanyaan mengejutkan datang dari seorang anggota tim seleksi yang baru saja bergabung. " Dita Mahendra, jika kamu terpilih menjadi Komisioner KPU Provinsi, apakah kamu bersedia untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan politik yang ada dan integritas lembaga ini? Apakah kamu siap untuk membuat keputusan yang bisa merugikan pihak-pihak yang telah mendukungmu?" tanya pria itu dengan nada yang serius.

Dita terdiam. Ia berpikir sejenak, mencoba menimbang jawabannya. Di satu sisi, ia merasa harus jujur dan berani menyatakan bahwa integritas dan independensinya lebih penting daripada apapun. Namun, ia juga tahu bahwa jika ia menjawab dengan terlalu jujur, ia bisa kehilangan dukungan yang telah ia dapatkan.

Setelah beberapa detik, Dita menarik napas panjang dan berkata, "Saya percaya bahwa keberanian dalam membuat keputusan adalah hal yang paling penting dalam menjalankan tugas sebagai Komisioner KPU Provinsi. Saya tidak bisa menjamin bahwa keputusan saya tidak akan merugikan pihak-pihak tertentu, tetapi saya bisa menjamin bahwa setiap keputusan yang saya ambil akan didasarkan pada prinsip keadilan dan transparansi. Saya akan selalu berusaha sebaik mungkin untuk menjaga integritas saya, meskipun itu berarti saya harus melawan arus."

Jawaban itu cukup mengejutkan tim seleksi, tetapi  tidak mengubah keputusan mereka. Dita lolos, berhak laju  ke tahap berikutnya yaitu uji kelayakan (Fit and Profer Test) oleh KPU RI.

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun