Dita melangkah mantap ke dalam ruang wawancara tahap akhir seleksi KPU (Komisi Pemilihan Umum) Provinsi. Ia telah mempersiapkan diri selama berbulan-bulan, mendalami regulasi, memperkaya wawasan, dan membangun jaringan. Namun, ia tahu, kompetisi ini bukan hanya soal kapasitas dan integritas. Ada sesuatu yang lebih gelap bermain di balik layar.
Dita, dikenal cerdas dan idealis, sejak lama bercita-cita untuk menjadi komisioner KPU Provinsi. Ia memimpikan sistem pemilu yang bersih dan transparan, di mana rakyat dapat memilih dengan bebas tanpa tekanan dari kekuatan politik. Namun, perjalanan menuju kursi komisioner KPU ternyata jauh lebih rumit dan berliku daripada yang ia bayangkan.
Seleksi untuk menjadi anggota KPU Provinsi dimulai dengan pengumuman terbuka. Proses ini, meskipun awalnya untuk memilih individu yang paling kompeten dan independen, ternyata dipenuhi dengan dinamika politik yang lebih besar dari sekadar kemampuan teknis. Dita mengetahui bahwa agar bisa lolos, dukungan dari partai politik besar,ormas besar juga pemerintah yang berkuasa sangatlah diperlukan. Tanpa mereka, peluang untuk menjadi bagian dari KPU hampir tidak ada.
Di tahap pertama seleksi, Dita mengandalkan pengalaman profesional dan reputasinya sebagai pejabat KPU daerah yang bersih, berintegritas, dan independen. Namun, ia dengan cepat menyadari bahwa di balik itu, ada banyak hal yang tidak ia ketahui. Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi adalah rekomendasi dan dukungan dari partai politik dan ormas besar yang memiliki kekuatan di pemerintahan.
Dita pun mulai mendekati beberapa tokoh penting dalam partai-partai besar, berharap mendapatkan dukungan agar bisa masuk dalam daftar calon komisioner. Ia bertemu dengan beberapa perwakilan dari partai politik yang dominan, yang ternyata memiliki syarat dan permintaan khusus untuk memberikan dukungan. Sebagian besar dari mereka meminta Dita untuk menjanjikan bahwa ia akan memihak kepada kepentingan mereka setelah terpilih nanti. Meski terkejut, Dita tetap berusaha keras untuk mempertahankan integritasnya.
Bersambung
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI