Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan dan Politik

Pemerhati bidang sosial budaya, pendidikan dan politik mengantarkan dirinya menjadi kolumnis media lokal dan nasional. Pernah mengenyam pendidikan di MTs-MA YTI Sukamerang Cibatu Garut, S1 PBA Tarbiyah IAIN SGD Bandung dan S2 Ikom Unpad. Mediator bersertifikat dari PMI MM UGM, Arbitrase Kanaka Yogyakarta juga legal drafting dari Jimly School of Law and Government Jakarta. Istri dari F.Saad dan Ibu 3 anak ini pernah mengemban amanat sebagai Dosen di beberapa PTS atl: STIKOM Bdg, Institut Manajemen Telkom, APIKES Bdg, STABA (Sekolah Tinggi Analis Bhakti Asih Bandung), Fikom Universitas Sangga Buana dan Telkom University. Pernah aktif di beberapa lembaga negara atl: 2010-2012 Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Kec Cimenyan Kab Bdg; 2013-2018 Komisioner KPU Kab Bdg; 2019-2024 Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Ketua Persma Suaka IAIN SGD Bandung juga Presidium Forum Pers Mahasiswa (FPMB) Bandung 1997/1998 ini aktif juga di Dewan Pakar ICMI Orwil Jabar dan ICMI Kota Bandung, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jabar juga Majlis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Konspirasi di Balik Kotak Suara KPU (Bagian 1)

31 Januari 2025   06:50 Diperbarui: 2 Februari 2025   18:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tempo.co

Dita melangkah mantap ke dalam ruang wawancara tahap akhir seleksi KPU (Komisi Pemilihan Umum) Provinsi. Ia telah mempersiapkan diri selama berbulan-bulan, mendalami regulasi, memperkaya wawasan, dan membangun jaringan. Namun, ia tahu, kompetisi ini bukan hanya soal kapasitas dan integritas. Ada sesuatu yang lebih gelap bermain di balik layar.

Dita, dikenal cerdas dan idealis, sejak lama bercita-cita untuk menjadi komisioner KPU Provinsi. Ia memimpikan sistem pemilu yang bersih dan transparan, di mana rakyat dapat memilih dengan bebas tanpa tekanan dari kekuatan politik. Namun, perjalanan menuju kursi komisioner KPU ternyata jauh lebih rumit dan berliku daripada yang ia bayangkan.

Seleksi untuk menjadi anggota KPU Provinsi dimulai dengan pengumuman terbuka. Proses ini, meskipun awalnya untuk memilih individu yang paling kompeten dan independen, ternyata dipenuhi dengan dinamika politik yang lebih besar dari sekadar kemampuan teknis. Dita mengetahui bahwa agar bisa lolos, dukungan dari partai politik besar,ormas besar juga pemerintah yang berkuasa sangatlah diperlukan. Tanpa mereka, peluang untuk menjadi bagian dari KPU hampir tidak ada.

Di tahap pertama seleksi, Dita mengandalkan pengalaman profesional dan reputasinya sebagai pejabat KPU daerah yang bersih, berintegritas, dan independen. Namun, ia dengan cepat menyadari bahwa di balik itu, ada banyak hal yang tidak ia ketahui. Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi adalah rekomendasi dan dukungan dari partai politik dan ormas besar yang memiliki kekuatan di pemerintahan.

Dita pun mulai mendekati beberapa tokoh penting dalam partai-partai besar, berharap mendapatkan dukungan agar bisa masuk dalam daftar calon komisioner. Ia bertemu dengan beberapa perwakilan dari partai politik yang dominan, yang ternyata memiliki syarat dan permintaan khusus untuk memberikan dukungan. Sebagian besar dari mereka meminta Dita untuk menjanjikan bahwa ia akan memihak kepada kepentingan mereka setelah terpilih nanti. Meski terkejut, Dita tetap berusaha keras untuk mempertahankan integritasnya.

Bersambung

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun