Hal ini yang mengharuskan PLTS memiliki penyimpanan energi agar dapat mengambil sebesar-besarnya energi pada saat matahari bersinar. Baterai dengan penyimpanan energi listrik yang besar diperlukan dalam pembuatan PLTS ini, dengan hadirnya penyimpanan energi ini dianggap menjadi solusi dari pada permasalahan yang ada.
Didorong dengan harga panel surya yang setiap tahunnya semakin menurun dan juga penyimpanan energi yang baru berupa baterai yang dibuat melalui kombinasi antara Magnesium dan larutan garam Antimoni (Sb) terhitung memiliki harga yang murah pula dikarenakan bahan bakunya yang berlimpah di alam yang diberi nama baterai ambri.
Menjadikan energi alternatif ini laik untuk dipergunakan di Indonesia bila dibandingkan dengan PLT lain yang memiliki resiko pencemaran lingkungan dan juga harga yang relatif mahal. PLT tenaga angin dinilai belum menjadi alternatif dikarenakan harga turbin yang memiliki permasalahan dari segi biaya yang mahal dalam pembuatannya secara masal.
Sementara itu pada PLT panas bumi atau dikenal juga dengan PLT geothermalterhitung memiliki biaya yang mahal selain itu juga izin dari pada pembangunannya yang cukup sulit walaupun Indonesia dilalui oleh ring of fireatau cincin api secara letak geografis masalah yang timbul antara lain biasanya kawasan tersebut merupakan konservasi dan memiliki tingkat resiko kegagalan yang tinggi yaitu 50%.
Masyarakat yang sadar dengan lingkungan serta didukung dengan banyak konfersi tingkat dunia, menjadikan komitmen berbagai negara untuk mengurangi penggunaan dari energi fosil dan harus beralih ke energi renewable & clean energy. Menjadikan energi PLTS sebagai pilihan alternatif penghasil energi listrik yang terbarukan dan ramah lingkungan selain penggunaan PLTA yang sudah banyak di gunakan di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H