Mohon tunggu...
Yuda Agustian
Yuda Agustian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Akun ini dibuat untuk memenuhi syarat penugasan dalam program magang yang diikuti.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UIN Walisongo Gelar ICRE 2024: Peran Perguruan Tinggi dan Agama dalam Pelestarian Lingkungan

13 Desember 2024   10:47 Diperbarui: 13 Desember 2024   10:47 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: walisongo.ac.id

Semarang -- Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang kembali menunjukkan komitmennya dalam isu lingkungan global dengan menjadi tuan rumah International Conference on Religion and Environment (ICRE) 2024. Konferensi internasional ini berlangsung pada 11-12 Desember 2024 di MG Setos Hotel, Semarang, dan mengangkat tema besar "Interfaith Voices for the Environment: The Role of Religion for Sustainable Planet".

Salah satu sesi kunci dalam acara ini adalah Religious Leaders Summit on Environment, yang mempertemukan akademisi, pemimpin agama, dan praktisi untuk berdiskusi tentang peran agama dalam menjaga keberlanjutan planet.

Prof. Dr. H. Musahadi, M.Ag., selaku pemateri utama, membuka sesi dengan menegaskan peran perguruan tinggi sebagai motor penggerak perubahan sosial. Ia menekankan bahwa kampus tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu merumuskan dan mendorong agenda aksi nyata.

"Perguruan tinggi harus mampu menyuarakan pentingnya pelestarian lingkungan kepada masyarakat, tidak hanya melalui penelitian, tetapi juga melalui tindakan konkret," ujar Prof. Musahadi.

Prof. Dr. Ir. Budi Widianarko, M.Sc., dari Universitas Katolik Soegijapranata, menyoroti peran universitas sebagai societal transformer yang mampu menjadi mitra masyarakat dalam pelestarian lingkungan. Ia memperkenalkan konsep service learning sebagai pendekatan pembelajaran yang menggabungkan pengabdian masyarakat dengan tujuan akademik.

"Service learning menciptakan pengalaman belajar transformasional bagi mahasiswa. Tidak hanya berdampak pada pembelajaran mereka, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, terutama dalam aspek sosial-ekonomi," jelasnya.

Prof. Budi juga menekankan pentingnya mengintegrasikan pengetahuan modern dengan kearifan lokal melalui konsep PI-PET (Pengetahuan Ilmiah dan Pengetahuan Tradisional). Pendekatan ini dinilai relevan dalam menghadapi tantangan lingkungan global yang kompleks.

Dr. Suhadi Cholil, M.A., dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyoroti tantangan dalam memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum, terutama di program studi yang tidak memiliki kaitan langsung dengan isu lingkungan. Ia berbagi pengalaman dari studi kasus pendidikan lingkungan di sekolah dasar berbasis Nahdlatul Ulama di Yogyakarta.

"Mengintegrasikan pendidikan lingkungan dalam kurikulum lintas disiplin membutuhkan kreativitas dan pendekatan yang inovatif. Tantangan terbesar adalah menjembatani pendidikan formal dengan praktik lapangan yang nyata," ujarnya.

Diskusi ini ditutup dengan penekanan pada empat misi utama perguruan tinggi: pendidikan, penelitian, transfer teknologi, dan sebagai pencipta solusi nyata. Dalam konteks lingkungan, perguruan tinggi diharapkan mampu menghasilkan kebijakan berbasis ilmiah yang relevan dan aplikatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun