Mohon tunggu...
Yuda Afif
Yuda Afif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Jakarta

Mahasiswa Pendidikan IPS UIN Jakarta 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Belajar Efektif dengan Teori Kognitif, Metakognitif, dan Kontruktivisme

11 November 2024   12:28 Diperbarui: 11 November 2024   12:39 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia pendidikan, pemahaman tentang bagaimana seseorang belajar sangatlah penting. Ada berbagai teori yang menjelaskan proses belajar, di antaranya adalah teori kognitif, teori metakognitif, dan teori konstruktivisme. Teori kognitif menekankan pentingnya keterlibatan aktif siswa dalam membangun pemahaman berdasarkan pengalaman sebelumnya. Teori metakognitif mengajarkan pentingnya kesadaran siswa terhadap proses berpikir mereka sendiri, yang dapat membantu mereka menjadi lebih mandiri dalam belajar. Sementara itu, teori konstruktivisme mengajarkan bahwa pengetahuan dibangun melalui pengalaman langsung dan penghubungan konsep-konsep baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Ketiga teori ini memberikan panduan penting dalam menciptakan proses belajar yang efektif dan bermakna bagi siswa.

Teori Kognitif
Teori belajar kognitif berfokus pada pandangan bahwa proses belajar bukan sekadar
menerima informasi secara pasif. Siswa perlu terlibat secara aktif dalam proses belajar untuk
membangun pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri. Dalam teori ini, kegiatan mental
yang kompleks, seperti mengamati, memahami, menganalisis, dan memecahkan masalah,
menjadi bagian penting dari pembelajaran. Informasi atau pengetahuan baru yang diterima
siswa dibentuk berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada. Dalam teori
Lewin, belajar dianggap sebagai proses yang dinamis, di mana berbagai faktor psikologis
dalam kognisi individu saling berinteraksi dan memengaruhi. Lewin melihat bahwa belajar
adalah suatu kesatuan yang menyeluruh dalam diri individu, dan ia memberikan gambaran
yang luas tentang mekanisme rumit di balik proses belajar tersebut. Sementara itu, Bruner
memperkenalkan tiga tahap perkembangan kognitif dalam memperoleh pengetahuan, yaitu
tahap enaktif (melalui tindakan), ikonik (melalui gambar atau bayangan), dan simbolik
(melalui bahasa atau simbol).

Teori Metakognitif

Metakognisi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami, dan
mengatur proses berpikirnya sendiri. Secara sederhana, metakognisi berarti "berpikir tentang
berpikir." Teori metakognitif terdiri dari dua komponen utama: kesadaran kognitif dan
pengaturan kognitif. Kesadaran kognitif mengacu pada pengetahuan seseorang tentang
kemampuan berpikir dan strategi belajar yang efektif, sedangkan pengaturan kognitif adalah
kemampuan untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi aktivitas belajarnya.

Metakognitif sangat berperan dalam proses belajar, karena memungkinkan siswa menjadi
lebih strategis, mandiri, dan dapat memecahkan masalah dengan lebih baik. Siswa yang
memiliki keterampilan metakognitif cenderung lebih termotivasi dan lebih mandiri dalam
belajar, karena mereka mampu memantau dan mengevaluasi cara belajar mereka sendiri.
Metakognisi juga membantu siswa dalam membuat keputusan yang tepat terkait strategi
belajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran mereka. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri, siswa dapat memilih metode yang
paling efektif untuk mencapai hasil yang optimal.

Teori Konstruktivisme

Menurut konstruktivisme, belajar adalah proses aktif di mana siswa secara mandiri
membangun pengetahuan mereka. Siswa mencari makna dari apa yang dipelajari dengan
cara mengaitkannya dengan pengetahuan dan pemahaman yang sudah mereka miliki
sebelumnya. Shymansky menyatakan bahwa konstruktivisme melibatkan peserta didik yang
berperan aktif dalam menyusun konsep dan gagasan baru sesuai dengan cara berpikir yang
sudah dimilikinya. Hill berpendapat bahwa konstruktivisme adalah upaya untuk
menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat melalui proses pembelajaran. Dengan kata lain,
konstruktivisme mendorong siswa untuk mengaitkan pengetahuan baru dengan situasi nyata
dan praktik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ilmu yang diperoleh menjadi lebih
bermakna dan relevan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun