Mohon tunggu...
Yuda Afif
Yuda Afif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Jakarta

Mahasiswa Pendidikan IPS UIN Jakarta 2023

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenal Teori Nativisme, Empirisme, dan Konfergensi Sebagai Pembentukan Pribadi Anak

6 November 2024   19:57 Diperbarui: 6 November 2024   20:32 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam dunia psikologi perkembangan, terdapat berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana kepribadian, bakat, dan potensi seseorang terbentuk sejak kecil. Materi ini akan mengulas teori tersebut, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana interaksi antara genetik dan lingkungan membentuk kepribadian dan kemampuan seorang individu. Memahami teori-teori ini tidak hanya bermanfaat bagi para pendidik dan psikolog, tetapi juga bagi orang tua yang ingin memberikan dukungan terbaik bagi perkembangan anak mereka. 

A. Teori Nativisme

Menurut teori Nativisme, sebagian besar bakat dan potensi yang dimiliki seseorang berasal dari faktor bawaan lahir atau keturunan. jika seorang anak lahir dari orang tua yang memiliki bakat dalam bidang tertentu misalnya, salah satu atau kedua orang tuanya adalah penyanyi maka kemungkinan besar anak tersebut juga akan mewarisi bakat menyanyi dan memiliki suara yang bagus. Ungkapan "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" dengan tepat menggambarkan pandangan teori Nativisme ini, di mana potensi dan karakteristik anak ditentukan oleh faktor genetik.

B. Teori Empirisme

Teori Empirisme menjelaskan bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Menurut pandangan ini, anak dapat mengembangkan kemampuan tertentu berdasarkan paparan dan pengalaman yang ia dapatkan dari lingkungannya. Sebagai contoh, jika seorang anak tumbuh di lingkungan yang terampil bermain musik, maka anak tersebut juga cenderung mengembangkan kemampuan dalam bidang tersebut. Demikian pula, jika ia sering berinteraksi dengan orang-orang yang pandai dan memiliki pengetahuan, ia juga akan terdorong untuk belajar dan berkembang sesuai dengan lingkungan tersebut. Teori ini menyiratkan bahwa perkembangan anak sangat bergantung pada kualitas lingkungan yang mengelilinginya lingkungan yang baik dapat mendorong anak untuk menjadi individu yang baik pula, dan sebaliknya.

C. Teori Konvergensi

Teori Konvergensi menggabungkan pandangan dari teori Nativisme dan Empirisme, dengan menekankan bahwa perkembangan anak tidak dapat dilihat dari satu sisi saja. Menurut teori ini, perkembangan anak merupakan hasil interaksi antara faktor bawaan (genetik) dan faktor lingkungan. Meskipun seorang anak mungkin memiliki bakat sejak lahir, ia tetap membutuhkan lingkungan yang mendukung untuk mengoptimalkan potensi tersebut. Sebaliknya, meski anak berada di lingkungan yang baik, jika ia tidak memiliki bakat atau kecenderungan alami dalam bidang tertentu, ia akan menghadapi tantangan dalam menguasai kemampuan tersebut. Teori Konvergensi ini menyimpulkan bahwa kesinambungan antara faktor keturunan dan lingkungan memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan dan potensi anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun