Mohon tunggu...
Yuda Y. Putra
Yuda Y. Putra Mohon Tunggu... Sales - Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Mimpiku semalam, kau datang membawa seorang bayi di tanganmu, uh, tidak aku tidak mau. Bawa kembali!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Masyarakat yang Kecanduan Sekolah

24 Oktober 2016   18:12 Diperbarui: 24 Oktober 2016   18:22 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

hidup seseorang dan cara berpikirnya dipengaruhi rutinitas, kemonotanan rutinitas membuat pikiran tumpul dan malas berpikir, apa yang disebut belajar hanyalah mengingta, dan jika ada yang menerapkan metode belajar dengan latihan soal, mengatakan itu untuk daya pikir, maka pertanyakan pola pikir macam apa yang akan mau dibentuk dengan soal dalam kerta, yang ditemuinya hanya dalam bacaan, pada akhirnya juga latihan hafalan, omong kosong.

waktu adalah kehidupan itu sendiri, dan semua orang berlagak tak peduli. anak-anak dipaksa untuk menjalani rutinitas yang dianggapnya baik tanpa pernah ingin sedikit berpikir bahawa semua itu hanyalah ilusi dan omong kosong. omong kosong jika semakin banyak waktu dihabiskan disekolah membuat seorang akan sukses dikemudian hari, padahal kunci untuk sukses adalah menjilat, koneksi, dan modal, baru kemudian angka nilai. tapi beda dengan wirausaha, skill dan pengalamannlah yang berpengaruh, dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan sekolah.

waktu adalah kehidupan yang akan berasa hidup jika dihabiskan dengan aktivitas, bekerja, senang-senang dan sebagainya, tapi sekolah, sejak kapan sekolah masuk didalam kehidupan. didalam sekolah yang begitu lama, membuat orang lupa bagaimana seharusnya hidup didunia, yang dikethui dunia adalah seperti sekolah. 

Beberapa Tuntutan untuk Kualitas Guru

sulit mana mengajar anak berumur lima tahun dengan yang sudah lima belas tahun? susah mana mengajar anak lambat paham dengan jenius? 

pertanyaan ini lah yang sering dilupakan untuk ditanyakan, melihat TK, melihat SD melihat SMP dan SMA, pengajarnya rata-rata hanyalah S1, dan siapakah orang bodoh yang memperingan masuknya seseorang menjadi guru? seharunya guru-guru pada jenjang dasar dan menengah adalah mereka yang lebih pintar dari pada dosen, mereka harus spesialis dan spesialisasinya haruslag benar-benar terdidik dan matang.

guru sekolah dasar harus menguasai psikologi, sosiologi, dan paling penting filsafat. passsion keilmuannya harus jelas, sehingga menguasai bahan ajar, guru harus benar-benar beritika tinggi, berkepribadian baik, otaknya super jenius juga tidak tempramen. perekrutan guru seharunya melalui banyak test, bukan saja test cpns, atau test-test tulis, harus diwawancarai secara ketat, di test mentalnya apakah bermasalah atau tidak. juga, setiap guru harus cantik-ganteng, atletik dan pandai silat atau beladiri.

seorang guru haruslah semacam itu, manusia superior pilihan yang dipilih dan disaring dengan sangat ketat, bukan guru ecek-ecek yang bermodal nekad dan do'a serta jilat sana-sini saja. seorang pengarjar yang baik harus memiliki ingatan yang diatas rata-rata, karena mengingat setiap persoalan individual dari seorang murid, setiap guru harus mengenal dan paham mental dan fisik muridnya, mengajar dengan teknik yang tepat dan cermat bagi tiap individu dalam kelas. 

degan kata lain seorang guru harus sempurna lahir batin dan fisik. kalau tidak demikian penajaranya akan salah arah, minimal IQnya 200 ke atas, juga EQ dan SQnya, sehingga jika menuntut murid untuk sehari 24 jam belajar, bisa dibenarkan, dan tidak terkesan munafik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun