Mohon tunggu...
Yuda AriSetiawan
Yuda AriSetiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer desainer grafis

saya merupakan seorang Freelancer yang memiliki pekerjaan sebai desainer grafis dan memiliki hobi menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ancaman Senjata Nuklir Korea Utara Terhadap Stabilitas dan Perdamaian Dunia

6 September 2024   23:53 Diperbarui: 6 September 2024   23:54 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Telegram "Intel Slava"  

Persenjataan nuklir yang dimiliki Korea Utara hingga saat ini merupakan hal yang menjadi persoalan sendiri terutama bagi AS dan sekutunya di kawasan Asia Pasifik. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran bagi negara-negara di dunia bahwa perang di Semenanjung Korea dapat meletus lagi karena hingga saat ini, Korea Utara dan Selatan hanya menandatangani gencatan senjata yang ditanda tangani pada tanggal 28 Agustus 1953 dalam upaya mengakhiri perang tersebut. Sehingga, dapat kita simpulkan sebenarnya kedua negara tersebut masih dalam situasi berperang, dan perang terbuka dapat meletus atau terjadi sewaktu-waktu.

            Sedangkan dalam sejarahnya, pengembangan nuklir di Korea Utara sendiri dimulai pada tahun 1960 an dimana dalam mengembangkan persenjataan nuklir, Korea Utara saat itu dibantu oleh Uni Soviet. Dilansir dari North Korea Overview, dalam pengembangan persenjataan nuklirnya, Korea Utara melakukan tes uji coba nuklir pertamanya pada tahun 2006 dan menyebabkan negara itu dijatuhi sanksi oleh PBB akibat uji coba senjata nuklir tersebut. Dan, hingga saat ini di era kepemimpinan Presiden Kim Jong Un, Korea Utara masih terus mengembangkan persenjataan nuklirnya tersebut. Lantas, mengapa persenjataan nuklir Korea Utara saat ini masih menjadi ancaman terutama bagi perdamaian dunia ?

            Hal pertama, yang harus kita pahami bersama, sejak tahun 2022 yaitu ketika Rusia mulai menginvasi Ukraina, situasi geopolitik dunia semakin tidak menentu. Selain menyoroti perang di Ukraina, saat ini negara - negara di dunia terutama AS dan sekutunya juga mewaspadai munculnya konflik baru di beberapa kawasan lain. Di benua Afrika kita dapat melihat banyak peristiwa kudeta yang terjadi di beberapa negara yang ada di benua tersebut, kemudian kita juga dapat melihat konflik Israel-Palestina di Timur Tengah. Disamping itu, di Asia Pasifik, situasi geopolitik juga ikut memanas. Di Asia Pasifik setidaknya ada 3 konflik yang terjadi hingga saat ini, yaitu konflik Laut Cina Selatan, konflik Cina-Taiwan dan konflik di Semenanjung Korea. Di Semenanjung Korea, uji coba senjata nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara maupun latihan perang yang dilakukan oleh negara tersebut menjadi hal yang berbahaya baik secara militer maupun ekonomi, terutama di kawasan Asia Timur.

            Hal itu juga yang membuat AS kini berhati-hati dalam menghadapi Korea Utara, karena kekuatan dan konsentrasi militer AS saat ini terpecah menjadi beberapa bagian, yaitu AS kini harus membantu sekutunya di kawasan Timur Tengah dalam menghadapi Iran, serta membantu Ukraina yang sedang terlibat perang dengan Rusia. Serta, konflik dengan Korea Utara dinilai dapat memancing keterlibatan Cina sebagai negara sekutu terdekat Korea Utara.

Selain kekhawatiran adanya penggunaan senjata nuklir Korea Utara untuk menyerang Korea Selatan, dunia juga khawatir Korea Utara menggunakan teknologi persenjataan nuklir ataupun persenjataan lainnya dalam konflik lain yang sedang terjadi di dunia saat ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya rudal buatan Korea Utara dalam perang Ukraina. Dilansir dari BBC News, rudal tersebut digunakan Rusia untuk menyerang kota-kota di Ukraina. Hal tersebut dapat dibuktikan dari sisa rudal yang ditembakkan, ditemukan huruf Korea dan tulisan tahun Juche atau tahun Korea dalam sisa rudal yang digunakan oleh Rusia tersebut.

Sumber : BBC News
Sumber : BBC News

Dalam menghadapi Korea Utara saat ini memang dibutuhkan cara yang rumit dan kompleks. Hal ini dikarenakan situasi geopolitik dunia kini telah berubah drastis. Kini, AS sudah tidak lagi menjadi negara adidaya di dunia. Rusia, Cina, Iran dan India kini menjadi contoh beberapa negara yang muncul sebagai kekuatan baru dan dapat memerankan perannya di masing-masing kawasan. Hal itu tentu disadari dengan baik oleh pemimpin Korea Utara, Presiden Kim Jong Un. Dengan situasi dunia yang telah berubah, Korea Utara dapat menjadikan senjata dan teknologi persenjataan nuklir yang dimilikinya sebagai efek penggentar atau deterrent effect untuk menjaga kepentingan nasional negaranya.

Ancaman yangg diberikan terhadap Korea Utara untuk menghentikan program persenjataannya dengan memberlakukan berbagai macam sanksi dan embargo ekonomi dinilai sudah tidak efektif lagi untuk digunakan saat ini. Pertama, saat ini di dunia telah muncul forum ekonomi yang bernama BRICS. Dengan adanya forum ekonomi tersebut ada kemungkinan Korea Utara bergabung di dalamnya. Sehingga, Korea Utara masih dapat melakukan perdagangan dengan negara-negara yang menjadi anggota BRICS. Kedua, tekanan yang diberikan oleh Korea Utara hanya akan menimbulkan tindakan Korea Utara yang mungkin nekat melakukan serangan atau agresi ke Korea Selatan. Dan kekuatan militer Korea Utara tidak bisa di remehkan, karena saat ini negara itu memiliki kekuatan  personel hingga mencapai jumlah 1.980.000 personel aktif. Kemudian jika konflik di Semenanjung Korea terjadi, maka sudah dipastikan dapat menyeret keterlibatan AS dan Cina serta negara-negara lain dalam konflik yang ada. Dan hal ini akan menimbulkan bencana ekonomi terutama di Asia Pasifik. Dan hal itu merupakan hal yang sangat dihindari oleh AS karena dampak ekonomi di Asia akan berefek langsung terhadap ekonomi AS.

Untuk itu, jalan diplomatis merupakan cara yang dinilai paling tepat dalam menghentikan upaya provokatif Korea Utara dengan menggunakan senjata nuklir yang dimilikinya. Walaupun cara diplomatis tidak dapat menghentikan program nuklir yang dijalankan oleh Korea Utara, akan tetapi cara diplomatis akan membuat seluruh pihak termasuk Korea Utara untuk menahan diri dan tidak melakukan tindakan provokatif dalam penggunaan persenjataan nuklir yang dimilikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun