Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lukisan Serbuk Kopi Moelyoto, Memaknai Kekerasan terhadap Anak

31 Mei 2016   21:18 Diperbarui: 1 Juni 2016   15:40 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

LUKISAN kopi adalah salah satu media yang telah populer di antara media dalam fine art, seperti oil, acrylic,  lacquer, charcoal, watercolor maupun kombinasi media lainnya. Kopi sebagai media lukis tidak semata-mata hanya sebagai citraan setelah muncul diperkenalkan melebihi fungsinya sebagai seduhan berkafein yang nikmat.

Di Bali, saat kita berbicara pelukis media kopi, ingatan pada pelukis Rudi Srihandoko akan mengisi deretan nama yang mengambil jalur seni rupa media kopi. Melalui Wirawan Tjahjadi atau Wewe owner Kopi Bali House, lukisan media kopi lebih menjadi populer dan mendapatkan tempat bagi publik penikmat lukisan maupun kolektor. Wewe sangat men-support lukisan media kopi, bahkan mengoleksi dan memajangnya di galeri Kopi Bali House, Sanur Bali.

Moelyoto perupa multitalent yang menggarap lukisannya dari beragam media dan saat ini lebih getol ke watercolor, mungkin salah satu nama yang mampu dan berhasil melukis dalam media kopi. Karya lukisan media kopi berukuran 90 x 120 cm dengan tema kekerasan pada anak yang hendak dipamerkan dalam gelaran bersama UNICEF menarik perhatian saya untuk me-review sebagai karya baru seorang Moelyoto. Hal ini menurut saya adalah penting karena di media kopi karya Moelyoto sangat bagus, ada karakter dan jiwa yang berbeda dengan karya cat airnya. Dalam karya media kopi capture moment tertangkap lebih liar dan kuat. Dan karya yang "nakal" itu berhasil menempatkan porsinya dalam membahas pertumbuhan dan perkembangan anak.

Moelyoto cukup jeli menangkap tema kekerasan pada anak yang sangat berkaitan dengan berbagai faktor yang saling melengkapi satu sama lain.  Moelyoto  dalam karyanya sekaligus ingin mengungkapkan problematika anak yang mampu berinteraksi dengan hal-hal di luar dirinya. Interaksi terhadap lingkungan dan daya dukung teknologi serta pola konsumerisme orang tua maupun cara mendidik anak menghasilkan berbagai perubahan, pertumbuhan, perkembangan pada anak yang menyangkut fisik dan psikis. Dan Moelyoto menangkap salah satu kejadian yang menjadi benturan-benturan kekerasan psikologis pada anak. Ketika anak memosisikan dirinya dari kreativitas pikiran maupun tingkah lakunya melebihi ukurannya ternyata telah menghasilkan multitafsir sebab-akibat antara orang tua dan anak. Ini adalah potret riil yang dapat dijumpai di negeri kita, baik di pelosok desa sampai perkotaan.

Saya meyakini, dengan pengalaman teknik yang sangat bagus Moelyoto akan menemukan jalan lain dalam memformat keliaran gagasannya menuju karya yang mampu menaklukan mata karena tingginya nilai estetika. 

Denpasar, 2 Mei 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun