Ritual Batu-batu Made Wianta
Seni Instalasi - Unity in Diversity
Batu. Kita bisa menarik ingatan, satu kata yang bisa dirangkai dengan kata lain untuk masuk pada perdaban purba. Zaman batu, kapak batu, pisau batu, rumah batu, piring batu sampai agama batu. Lantas apa hubungannya dengan batu-batu itu pada karya instalasi seni Unity in Diversity Made Wianta ?.
Betapa batu memiliki makna penting dalam suatu konteks kekaryaan seni rupa Made Wianta. Melalui batu-batu ia ingin menyampaikan pesan indahnya keberagaman di area Garuda Wisnu Kencana (GWK) tahun 2003 di Jimbaran Bali.
Untuk menjawab semua itu saya harus mulai mengingat peristiwa demi peristiwa, sejak kerja bersamanya mulai tahun 1999. Tahun 2000 Wianta telah diundang secara khusus di Langkawi International Festival of Art (LIFA), disana Wianta menggantung batu-batu di atas pohon. Dari bawah batu-batu itu bak hujan meteor bergoyang-goyang dengan sinar lampu yang memantulkan cahaya di malam hari.
Tiga tahun kemudian Wianta menyuruh saya untuk berkoordinasi dengan pihak pendukung yang akan menyediakan batu-batu. Jadi bukan hal aneh saya berurusan dengan batu-batu lagi. Namun yang membuat saya terkejut adalah ketika ukuran batu-batu yang diminta minimal berdiameter 50 centimeter. Permintaan tidak tanggung-tanggung seribu batu lebih. Wianta tidak menyampaikan pesan khusus ada simbolisme jumlah yang biasa ia dijadikan makna.
Seraya saya mulai menggaru-garuk kepala, “what” . Seperti biasa saya tidak bisa membantah untuk urusan perintah Wianta. Ketika waktu telah disepakati untuk pengiriman, batu-batu dari Bali timur diangkut truk demi truk mulai tiba. Jumlahnya pun mulai dihitung secara seksama oleh Wianta. Batu-batu itu bakal menjadi media atas nama instalasi seni rupa. Selanjutnya batu-batu itu telah berubah rupa, menjadi penuh warna dengan goresan cat spontan dan kata-kata perdamaian dunia.
Wianta betul-betul menari-nari di antara barisan batu-batu, ia seperti kerauhan, tidak ada yang berani menghentikannya. Memutarkan badannya, berteriak kencang, dan kadang mencaci-maki siapa dengan bahasa yang susah kupahami. Setiap batu seolah memiliki tanda yang ia rekatkan mengikuti kata demi kata. Tidak sampai di situ,Wianta juga menciptakan teater spontanitas dengan mengundang peserta konfrensi Unity in Diversity untuk menulis dan menandatangani di atas batu-batu yang tersedia. Selebihnya tim kerja kreatif Wianta menambahi dengan kata-kata pesan perdamaian dunia.