Kalau seandainya tugas memotret Sungai Rhain oleh Made Wianta hasilnya dipuji-puji olehnya, mungkin saya akan terus menenteng kamera kemana-mana.Â
Sayang sekali hasil fotoku tidak satupun diapresiasiasi dengan pujian, bahkan hanya dilihat sebentar dan setelah itu dimasukkan kembali ke dalam amplop coklat.
Pertemuanku dengan kamera Cannon LSR digital sejatinya memang gara-gara tugas riset yang harus kujalani sejak tahun 2001 untuk projek seninya tentang Sungai Rhain.Â
Sungai yang mengalir dari Pegunungan Alphen melewati negara Austria, Swiss, Jerman dan bermuara di Belanda menjadi studi khusus bagi Wianta untuk menghasilkan karya.Â
Perasaan jatuh cinta Wianta terhadap Sungai Rhein seperti yang telah diutarakan Urs Ramseyer, seorang etnolog yang hidupnya sebagaian besar didedikasikan pada penelitian tentang kebudayaan Bali, menurutnya ada permasalahan penting dan menarik tentang perdaban air di Bali yang terus disampaikan Wianta selama tinggal di Basel. Â
Wianta bisa berlama-lama menulis catatan berupa puisi-puisi, membuat drawing dan sebagainya bila dekat dengan Sungai Rhain, tambahnya waktu itu.
Dua tahun kemudian saya harus berangkat kembali ke Basel, Swiss. Kali ini tujuan saya berbeda, dan lagi-lagi Wianta memanggilku dan menugaskan untuk memotret sungai Rhain. Saya pun masih heran untuk apa memotret sungai di tempat yang sama dan waktu yang sama, dan buang-buang waktu saja.
Kejadian itu terus berulang, tahun 2008 saya kembali mengunjungi Basel. Kuceritakanlah tentang keberangkatanku, lagi-lagi Wianta menugasiku memotret Sungai Rhain.Â