Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inspirasi Ibu dan Harta Terindah dalam Karya-karya Jango dan Uuk

7 Mei 2019   09:12 Diperbarui: 13 Mei 2019   20:27 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Viewpoint. Inspirasi Ibu, Harta Terindah dalam Karya-karya Jango dan Uuk

Ibu adalah sumber kehidupan. Ibu adalah pendidik paling utama bagi setiap anak-anaknya. Selain itu Ibu adalah sosok yang paling dicintai oleh semua orang dan menjadi kerinduan tiada tara manakala telah pergi ke alam fana.

Jango dan Uuk sangat merasa, betapa inspirasi Ibu telah hadir dalam karya-karyanya. Memang, mereka tidak sedang melukis sosok atau pemikiran ibunya, namun mereka memiliki kesamaan perasaan dalam mengungkapkan karya-karya yang selama ini mereka hasilkan.

Secara pribadi saya sangat mengenal dekat mereka berdua, sehingga ketika mereka menempatkan ingatan sosok ibunya sebagai bagian pengolahan jiwanya, saya justru lebih melihat pada relasi semangat penciptaan karyanya.

Ilustrasi: Dok. Pribadi
Ilustrasi: Dok. Pribadi
Ketika melihat karya-karya mereka dalam pameran kali ini di Maya Art Gallery Sanur Bali, pendeknya adalah ingatan kebersamaan sebagai adik kakak dalam keluarga, berkarya di studio masing-masing dalam satu halaman rumah, serta membuktikan mereka berhasil membangun konstruksi pemikiran yang berbeda dalam merespon bergagam persoalan.

Jango Pramartha dan Uuk Paramahita adalah seniman yang memiliki sejarah perjalanan berkesenian secara akademis. Jango alumni Desain Grafis Universitas Udayana (1991) dan Uuk alumni Seni Lukis ISI Denpasar (2003).

Jango berproses seni dalam tahab mula melului karya-karya kartun. Kartunnya  sarat protes dan kaya makna, mengkritisi kebudayaan Bali dalam dinamika perubahannya.

Jango Pramartha
Jango Pramartha
Namun seiring perjalanan kreatifnya, Jango kemudian berhasil mengolah dan menggeser bentuk kartunnya ke dalam bentuk-bentuk baru karya seni rupa.

Begitu halnya Uuk Paramahita, ia menggeluti seni rupa melalui pemikiran yang lebih  pada penyajian kontemplasi sebagai praktek seni rupa sosial. Pada karya Uuk, saya melihat bahwasanya ia lebih berbicara pada konsep keseimbangan, kedamaian dan keindahan ketimbang penggugatan secara radikal.

dokpri
dokpri
Mengenai karya-karya yang dipamerkan, Jango mengatakan "Pengalaman personal saya sangat mempengaruhi bagaimana saya berproses, seperti hal-hal yang bersentuhan dengan alam, berbagai karakter manusia, baik di Bali maupun pergaulan internasional."

Ritme kehidupan, baik dalam gerak dan ruang telah banyak menginspirasinya, menjadikan karya-karyanya yang dipenuhi dengan interaksi simbolik. Disimbolkan dengan wajah-wajah, tanaman, binatang, beragam gerak dan pose manusia.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Karya Jango "Face Value" misalnya, sangat jelas  adanya pengaruh pengalaman personal, yaitu berupa simbolisme wajah-wajah yang dihadirkan dalam berbagai karakter.

Karya "Fish" menurutnya adalah sepenggal pengalaman untuk mengganti memori ketika melihat ikan dalam keramaian, meskipun dengan sadar ia harus menghilangkan suasana keramaian itu. Sedangkan karya "Between Us" tergambarkan bagaimana dirinya atau siapapun yang disimbolkan dengan wajah antara dirinya dan orang lain di sampingnya.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

Ada satu karya yang menarik bagi saya dengan judul "Sympaty for the Devil", karya ini sepertinya terinspirasi dari lagu Rolling Stones dengan judul yang sama. Jango dengan jelas menggarap "devil" dengan garis membentuk figur bertanduk.

Begitu halnya pengalaman personalnya ketika di Australia yang ia simbolkan dengan "Cow and Koala", karya ini cukup menarik karena Bali dan Australia telah menjadi bagian dialog penting dalam peta kebudayaan yang telah lama ia geluti, bahkan sampai sekarang.

Bagaimana dengan Karya Uuk Paramahita?, Uuk mengatakan: "Karya saya memang kontemplatif, karena saya ingin memperluas subyek sosial, artinya subyek atau pelaku dalam peristiwa yang mempengaruhi karya kontemplasi ini bisa diterima oleh siapa saja, dan dibelahan mana saja.

Walaupun demikian kiranya susah dilepaskan dari cara pandang setiap orang yang menikmati dan memaknai. Ada kompromi yang bisa diletakkan dalam memahami karya kontemplasi saya yaitu mengembalikan pada perenungan dari alur pikiran yang telah saya sampaikan".

dokpri
dokpri

Meskipun masih seperti yang terdahulu, lukisan-lukisan Uuk kali ini terasa terkurangi keriuhanya, semisal  pada warna dan figur-figur imajinernya. Uuk sendiri adalah pelukis yang sangat obsesif dengan warna. Ia selalu ingin memaknai ruang dengan warna.

Karya "Sunday Morning" memperlihatkan bagaimana dirinya ingin menguraikan jarak ruang dalam tatanan teras berundak, lengkap dengan imaji kehidupan di dalamnya.

dokpri
dokpri

Sangat berbeda dengan karya "Play in Balance" yang berfokus pada kehadiran dua figur imajinya. Karya ini berisi pesan tentang keseimbangan meskipun terlihat dalam dunia permainan.

Sedangkan pada karya "See Mountain from the Behind Wall" justru menampakkan kebalikan pada fokus pamandangan gunung daripada figur imaji yang dihadirkan.

Keindahan gunung  dengan lansekap yang hijau, subur dan damai menjadi sangat istimewa, dan tanpa pemandangan gunung itu maka lukisan ini akan memiliki kesan sendiri, sunyi dan sepi.

dokpri
dokpri
Lukisan Uuk itu berisi pesan kontemplatif tentang kedamaian, alam dan kehidupan manusia dalam siklus waktu yang harmoni.

Karya "Before Sunrise" sangat nampak ia ingin mengabadikan sang waktu yang ditandai warna biru gelap pada nuansa langit, karya ini menjadi ingatan kuat pada siapapun yang pernah menikmati suasana sebelum terbitnya matahari pagi. Sedangkan karya-karya yang lainnya hampir serupa, hanya bahasa ungkap yang berbeda dalam memperkaya tematik karyanya.

dokpri
dokpri

Secara umum saya melihat pada pameran Viewpoint ini, baik karya Jango dan Uuk sama-sama memiliki kekuatan dan kemampuan dalam menyampaikan persoalan yang mereka miliki. 

Keduanya memiliki karakter yang berbeda baik dalam goresan, garis, maupun warna. Cukup menyolok memang, ketika membandingkan karya ke dua seniman ini.

Kekuatan garis Jango dalam dunia kartunal tidak bisa dikesampingkan, karena sangat terlihat pada caranya merepresentasikan karya, baik dalam menyiasati ruang maupun menyampaikan gagasannya. 

dokpri
dokpri
Sedangkan Uuk melalui teknik artistik yang ia tekuni selama ini, menunjukkan bahwa dalam berproses sangat terlihat terencana. Uuk telah berhasil menghubungkan imajinasi, kreatif, perspektif, eksperimentasi, maupun pengalamannya untuk menjadikan ciri khas dari karyanya.

Uuk sangat konsisten dari periode perjalanan berkeseniannya, imajinasi negeri di atas awan dengan kehidupan imajinernya yang pernah saya tulis masih tetap ia hadirkan dalam ragam cerita dan persoalan yang lain.

dokpri
dokpri

Pameran bersama di Maya Art Gallery yang akan berlangsung dari tanggal 7 Mei sampai 15 Juni 2019  sejatinya memang sebagai "tribute" buat ibundanya. Namun pameran ini menjadi sangat menarik karena tidak hanya membicarakan pertemuan mereka yang pertama kali dalam satu ruang pameran, akan tetapi lewat karya-karyanya mereka telah membagi penggalan-penggalan pengalaman visual maupun batinnya.

Kehidupan itu memang indah, tapi jika keindahan itu terlewatkan tanpa kenangan, maka akan menjadi kesia-siaan. Dan menurut Jango dan Uuk kenangan yang sangat terindah adalah ketika Ibunya merawatnya, membesarkannya dan menjaganya dengan penuh kasih sayang.

Puri Chandra Asri 7 Mei 2019
Yudha Bantono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun