Mohon tunggu...
Yubair Ibnu Fattah
Yubair Ibnu Fattah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Orang biasa yang ingin selalu belajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Imajiner

26 Agustus 2022   21:19 Diperbarui: 26 Agustus 2022   21:52 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Suatu ketika aku bertemu seseorang yang tak pernah ku jumpai sebelumnya. Aku hanya mencuri-curi pandang. Sedikit-sedikit menoleh kanan-kiri, memastikan tak ada orang yang mengamati pandanganku pada dirinya. Saat situasi dirasa aman. Aku fokuskan pandangan. Ku ukir paras wajah cantiknya, supaya nanti ketika menjelang tidurku ku simpan dan kubawa kedalam mimpi tidurku.
Sosoknya yang begitu mempesona, merona pancaran dari jiwanya. Andaikan ada dua bulan, mungkin yang satu adalah dia.


pesonanya seakan tak bisa mudah untuk ku buang. Hari demi hari, bulanpun berganti, namun bayangannya seperti Nampak jelas didepanku seolah baru sedetik saja berlalu.
Ku coba merangkai kata untuknya dalam sebuah lembaran kertas. Matanya yang begitu mblalak indah, hidungnya runcing pas tidak terlalu besar dan kecil, pipinya sedikit cabi agak kemerah-merahan, bibirnya sedikit tebal rata terbagi dua dengan gincu tipis melekat, janggutnya terbelah dua agak pendek dan wajahnya yang putih bersih segar yang sepertinya sering tersiram air wudhu, dengan kerudung pasminamu model sekarang. Perfect, seperti yang diidam-idamkan pria umumnya.


Masa bodoh, kamu sudah ada yang 'punya' atau belum. Urusan cinta belakangan. Aku hanya mengagumimu tak lebih sebagai manusia ciptaan tuhan yang begitu sempurna bagiku. Bersyukur mataku yang masih tajam ini bisa memandangmu.


Maha sempurna tuhan menciptakan mahluk sepertimu yang sulit untuk dilupakan. Hari-hariku tak pernah kosong oleh bayangmu, setiap langkahku tak pernah sepi oleh bayang senyummu.
Sepertinya  terlalu naf memang. Sukar untuk dipercaya. Kenalpun tidak, namun terus terngiang-ngiang dikepala.

Ini tentang sebuah rasa, rasa yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.


Namun, tidak bisa dijelasakan bukan berarti tidak ada penjelasan. Layaknya perantau bertahun-tahun pisah dari keluarga, ketika pulang kerkumpul kembali dengan keluargannya dengan membawa sesuatu yang dicita-citakan tersampai. Kirannya begitulah perasaanku padanya.


Aku sadar usiaku tak lagi muda, usiaku sudah kepala tiga. Namun rasa ini membuncah seperti masa puber kembali. Apakah ini puber kedua? Aku tak tau itu. Yang ku tau adalah kebahagiaan datang dari arah manapun dan tak memandang siapapun.


Soal mengkagumi sesuatu pastilah siapapun pasti punya rasa itu. Lajunya bisa dari manapun. Bisa dengan melihat prilakunya yang sopan-santun, enak diajak bicara, baik perangainya dlsb.

Mengagumi bisa juga dengan melihat kecerdasannya: orangnya intelektual, berilmu, pendidikannya tinggi dlsb. Begitulah kiranya contoh kekaguman seseorang yang membutuhkan proses yang tidak instan. Lebih utamanya ialah kenal dekat dengan orang itu.


Namun rasa ini tidak demikian. Aneh memang, jumpa hanya sepintas namun bayangannya seakan tak ingin lepas.
Apakah ini salah? Kurasa tidak! Aku tak menyakitnya-aku juga tidk menyakiti siapapun. Jikalaupun ada yang marah, mungkin itulah kekasihku. Iya kekasihku. Kekasihku yang paling setia. Yang tidak lain adalah istriku. Namun apakah istriku marah beneran? Ku rasa tidak. Apakah istriku cemburu? Kurasa biasa saja. Apakah istriku tak cinta aku? Cinta dong.. buktinya setia sampai sekarang. Kok bisa? Bisa sajalah. karena istriku sudah paham, aku tak akan bisa mendapatkannya (wanita perfect itu). lebih-lebih memilikinya. Itu seperti mimpi disiang bolong. Katanya "orang dapat aku aja modal pas-pasan, apalagi seperti dia. Jalas kamu bukan tipenya." Hehe..


Memang, kalau sudah kadung cinta dan sayang tak ada yang bisa menghalangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun