Mohon tunggu...
Yuan Raja
Yuan Raja Mohon Tunggu... -

Lahir di Singaraja Bali

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Pantai Bali Cemberut di Awal Tahun

14 Januari 2015   22:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:08 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di penghujung tahun 2014 ini saya bersama keluarga berlibur ke Bali, kampong halaman tercinta. Tidak hanya keluarga dari Indonesia, keluarga dari Eropa pun tahun ini datang.

Kami menginap di salah satu hotel di Denpasar selama beberapa hari. Hotel yang nyaman dan sangat dekat dengan pantai dimana kami sekeluarga sangat menikmati berenang ataupun sekedar berjemur di sana.

Setelah beberapa hari, kami pindah ke daerah Karang Asem, dan merayakan malam pergantian tahun di sana.

Tiga hari sebelum mengakhiri liburan, kami kembali menginap di hotel daerah Denpasar itu.

Hotel yang sama.

Pantai yang sama.

Tapi… alangkah kecewanya kami. Hanya ditinggal beberapa hari saja kondisi pantai telah berubah. Sangat berubah. Tidak bagus.

[caption id="" align="alignnone" width="648" caption="Dengan malu dan jijik menunjukkan bukti sampah"]

Dengan malu dan jijik menunjukkan bukti sampah
Dengan malu dan jijik menunjukkan bukti sampah
[/caption]

Mungkin ini sudah sering dibahas. Mungkin ini tema kuno. Tapi saya tetap ingin menuliskannya.

Pantai jadi sangat kotor. Ada sampah di  mana-mana. Lebih buruk lagi karena ketika saya bandingkan melalui berita tv, pantai tempat saya dan keluarga berlibur ini kelihatan lebih bersih dari beberapa pantai populer di bali. Di sana jauh lebih menyedihkan lagi.

[caption id="" align="alignnone" width="648" caption="Ini sudah lebih bersih dari pantai-pantai populer lainnya"]

Ini sudah lebih bersih dari pantai-pantai populer lainnya
Ini sudah lebih bersih dari pantai-pantai populer lainnya
[/caption]

Keluarga Eropa kami terus menerus mengeluh, dan menyayangkan semua itu. Mereka sampai merasa jijik meski untuk sekedar berjalan di pasir, apalagi untuk kembali berenang di pantai. “Tidak mau berenang dengan sampah,” begitu salah satu ungkapan kesal mereka.

Mereka juga meminta kami sebagai WNI untuk melakukan sesuatu meski hal kecil sekalipun. Mereka tidak habis pikir kenapa kita bisa membiarkan pantai tercemari seperti ini. Sangat memalukan.

Mengingat sebelumnya pantai ini bersih, saya menduga sampah-sampah itu mulai memenuhi pantai menjelang pergantian tahun. Kurangnya kesadaran para turis yang saya duga mayoritas turis domestik (Tidak bermaksud menyinggung) tentang menjaga kelestarian lingkungan sangat memprihatinkan.

Saya juga menyayangkan kenapa di sekitar pantai tidak tersedia tempat sampah? Kalaupun ada–sejauh yang saya lihat– hanya ada dua itu pun berjarak luar biasa jauh.

[caption id="" align="alignnone" width="648" caption="Seandainya tempat sampah yang tersedia cukup, mungkin ini tivak ada"]

Seandainya tempat sampah yang tersedia cukup, mungkin ini tivak ada
Seandainya tempat sampah yang tersedia cukup, mungkin ini tivak ada
[/caption]

Ada info kalau sampah-sampah itu ada karena ulah angin. Jadi darimana angin mendapatkan "bawaannya"? Semoga bukan dari tangan-tangan kita. Semoga bukan dari pantai lain. Semoga...

Bagaimanapun saya berharap di masa-masa ke depannya kita semua dapat lebih menyayangi lingkungan, alam. Tidak hanya pantai, gunung, ataupun sungai, tapi semua tempat. Tuhan sudah begitu baik memberikan keindahan luar biasa bak surga itu pada kita. Tolong jangan buat Beliau menarik semua itu kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun