Mohon tunggu...
Yuaning Putri Alidia
Yuaning Putri Alidia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga jurusan Statistika

Saya adalah mahasiswa Universitas Airlangga jurusan Statistika. Saya menyukai hal-hal yang berbau seni, angka, logika, dan bahasa. Saya juga merupakan pribadi yang suka belajar hal yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Pangan Dunia dan Pengaruhnya bagi Indonesia

3 November 2023   21:43 Diperbarui: 3 November 2023   22:54 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://betahita.id

Di era yang sangat maju ini, isu pangan tetap menjadi isu yang menarik untuk dibahas karena pangan sendiri termasuk dalam kebutuhan primer atau yang paling mendasar bagi setiap manusia. Manusia tidak akan dapat bertahan hidup jika tidak makan atau memenuhi kebutuhan dasarnya. Dari beberapa pernyataan di atas, bisa dibilang bahwa isu pangan merupakan isu yang penting dari mulai skala global hingga nasional.

Isu pangan yang jadi perhatian saat ini adalah krisis pangan. Beberapa negara mengalami fenomena krisis pangan tersebut. Krisis pangan sendiri disebabkan oleh terbatasnya sumber daya pangan yang digunakan untuk menghidupi populasi dunia yang banyak. Semakin banyak populasi manusia di dunia, semakin meningkat juga kebutuhan pangan dunia sehingga setiap negara dituntut agar bisa menjaga dan mempertahankan ketahanan pangan supaya bisa terhindar dari krisis pangan ini.

Banyak faktor yang menyebabkan krisis pangan. Faktor atau pemicu tersebut antara lain:

  • Jumlah Penduduk

Semakin hari, populasi manusia di dunia semakin bertambah banyak. Populasi yang banyak akan menyebabkan konsumsi pangan yang juga meningkat, sedangkan sumber daya pangan tersedia dengan  jumlah yang sangat terbatas. Merujuk pada laporan yang dirilis di Markas Besar PBB dengan judul "Prospek Populasi Dunia: Revisi 2012" menyebutkan bahwa di tahun 2025 nanti, penduduk dunia akan meningkat menjadi 8,1 miliar jiwa, sedangkan untuk tahun 2050 diprediksi naik menjadi 9,6 miliar jiwa. Oleh karena itu, kebutuhan pangan sangat dipengaruhi oleh permintaan. Setiap pertumbuhan penduduk sebesar satu persen,  maka permintaan juga meningkat menjadi satu persen juga.

  • Pengalihan Fungsi Lahan

Semakin maju dan berkembangnya suatu negara, maka akan banyak pembangunan infrastruktur yang dilakukan. Lahan sangat diperlukan dalam membangun infrastruktur-infrastruktur ini sehingga banyak terjadi ahli fungsi lahan yang tadinya sebagai sawah atau kebun penghasil sumber pangan lalu dialihfungsikan menjadi gedung atau infrastruktur. Akibat lain dari ahli fungsi lahan ini adalah berkurangnya tingkat kesuburan tanah sehingga tanaman sumber pangan sulit untuk tumbuh dan berkembang. Terdapat empat dimensi produksi bahan pangan agar tidak mengalami gagal panen. Dimensi tersebut antara lain, tanah, air, pupuk, dan energi. Jika salah satu dari dimensi tersebut tidak terpenuhi, maka akan terjadi gagal panen yang berujung pada krisis pangan.

  • Stabilitas Harga

Populasi manusia yang banyak mengakibatkan meningkatnya permintaan konsumsi bahan pangan, sedangkan bahan pangan bersifat terbatas. Hal ini mengakibatkan melonjaknya harga bahan pangan.

Sistem Pemantauan dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan mencatat bahwa beberapa harga bahan pangan sudah melonjak naik sebesar sepuluh persen. Harga beras pada 2 November 2023 naik sebesar 20,35% dibandingkan harga tahun lalu. Harga tepung dan minyak curah masing-masing naik sebsar 1,53% dan 1,41%, dan masih banyak kenaikan harga sumber pangan lain.

  • Bencana

Akhir-akhir ini terjadi suhu yang sangat ekstrim akibat dari pemanasan global (global warming). Pemanasan global sendiri akibat efek emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Iklim pada saat ini tidak bisa diprediksikan, bahkan dalam beberapa waktu yang lama, hujan tidak turun. Akibat dari hal tersebut, tanah menjadi kering dan tidak subur. Akibat lainnya adalah sumber air yang terbatas karena efek dari kekeringan sehingga kegiatan produksi pangan seperti bertani dan berkebun akan terhambat  sehingga bisa menimbulkan kelangkaan sumber pangan.

Masalah krisis pangan sendiri sudah melanda beberapa negara di dunia. Berdasarkan laporan World Food Programme (WFP) terdapat 167 juta   penduduk hingga awal bulan Agustus 2023 yang dilanda krisis pangan.  Negara  dengan populasi yang dilanda krisis pangan terbanyak adalah Negara Kongo  sejumlah 25,8 juta jiwa . Setelah  Kongo, negara lain yang dilanda krisis terbanyak selanjutnya adalah Nigeria sejumlah 24,9 juta jiwa, Sudan sejumlah 20,3 juta jiwa, Etiopia sejumlah 19,99 juta jiwa, Afganistan sejumlah 19,9 juta jiwa, Yaman sejumlah 17,99 juta jiwa, Myanmar sejumlah 15,2 juta jiwa, dan Suriah sejumlah 12,1 juta jiwa. 

Dari beberapa negara yang disebutkan tadi, terdapat negara yang berada di fase tiga atau fase krisis dimana rumah tangga  memiliki tingkat kekurangan gizi yang tinggi di atas rata-rata dan hamper tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangannya, seperti Afghanistan. WFP mengatakan bahwa krisis pangan ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan yang berujung pada gagal panen. Versi GRFC (Global Report on Food Crises) tahun 2023 menjelaskan lima Negara Asia yang dilanda krisis pangan utama, yaitu Afghanistan, Bangladesh, Myanmar, Pakistan, dan Sri Lanka.

Krisis pangan terparah pernah terjadi di tahun 1970 dimana saat itu dunia sedang dilanda krisis ekonomi, belum lagi diperparah dengan masalah politik dan pemerintahan. Krisis pangan ini berdampak pada beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 1997 banyak bahan pokok mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. Akibat kenaikan harga ini, pemerintah melakukan kebijakan impor daging, gula, beras, dan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia.

Pada tahun 2007 sampai 2008 harga pangan dunia sempat naik. Hal ini menyebabkan krisis pangan karena keterbatasan jumlah bahan pangan. Krisis pangan ini akan mempengaruhi kondisi perekonomian dan perpolitikan. Dampak lain yang dihasilkan krisis pangan pada Indonesia adalah kelaparan. Bukan hanya di Indonesia, kelaparan juga terjadi berbagai belahan dunia menurut FAO (Food Agriculture Organization).

 Akibat krisis pangan di tahun ini, Indonesia melakukan kebijakan impor lagi untuk memenuhi kebutuhan yang kurang. Namun, kebijakan ini dinilai merugikan Indonesia, terutama pada impor beras. Terlalu banyak mengimpor sesuatu dari luar negeri, akan membuat Indonesia ketergantungan produk luar yang menyebabkan sektor pertanian memburuk. Misalnya saja, Indonesia termasuk negara pengimpor  beras terbesar dengan total impor 2,5 juta ton beras per tahun.

Iklim dunia saat ini sedang tidak menentu akibat dari pemanasan global yang menyebab kekeringan yang berujung gagal panen akibat tanah yang tidak subur. Iklim yang tidak menentu dapat mengakibatkan krisis pangan bahkan secara global. 

Krisis pangan global akan memberikan dampak terhadap Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia harus membuat kebijakan sebagai bentuk antisipasi kelangkaan bahan pangan agar terhindar dari krisis pangan. Kebijakan tersebut antara lain, pemerintah harus memberi perhatian agar Indonesia bisa meningkatkan produksi pertanian, perkebunan maupun sektor produksi lainnya supaya tidak kekurangan sumber pangan. Pemerintah juga harus bisa untuk mengurangi impor agar tidak bergantung pada negara lain. Pemerintah juga harus bisa menjaga harga agar stabil dan terjangkau oleh masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun