Halo kompasianers
Sesudah bebas dari penjara, Rajat Gupta memberitahu The New York Times bahwa dia sudah mendapat pelajaran:
Jangan terlalu terikat ke apa pun-reputasi, prestasi, atau apa pun. Saya pikir sekarang, pentingkah? Oke, urusan ini dengan tidak adil menghancurkan reputasi saya, Itu cuma menyusahkan kalau saya sangat terikat ke reputasi saya.
Tampaknya itu pelajaran terburuk yang mungkin didapat dari pengalaman Gupta, dan saya bayangkan itu pembenaran diri seseorang yang benar-benar ingin mendapat reputasinya kembali tapi tahu reputasinya sudah hilang untuk selamanya.
Reputasi sangat berharga.
Kebebasan dan kemerdekaan sangat berharga.
Keluarga dan kawan sangat berharga.
Dicintai oleh orang yang Anda inginkan mencintal Anda sangat berharga.
Kebahagiaan sangat berharga.
Dan cara terbaik Anda menjaga hal-hal itu adalah mengetahui kapan waktunya berhenti mengambil risiko yang bisa mengancam semuanya. Mengetahui kapan cukup.
Kabar baiknya adalah bahwa alat terhebat untuk membangun rasa cukup sangat sederhana, dan tak memerlukan pengambilan risiko yang dapat mengancam hal-hal tadi. Gagasan memiliki "cukup" boleh jadi tampak konservatif, meng- abaikan kesempatan dan potensi yang tersedia.
Saya tak menganggap itu benar.
"Cukup adalah menyadari bahwa yang sebaliknya-nafsu menginginkan lebih yang tak puas-puas-akan mendorong Anda ke titik penyesalan.
Satu-satunya cara mengetahul seberapa banyak makanan yang Anda bisa makan adalah makan terus sampai muntah. Hanya sedikit yang mencobanya karena muntah lebih sakit daripada kenikmatan makan. Karena suatu alasan, logika yang sama tak dipakai di bisnis dan investasi, dan banyak yang hanya akan berhenti mencari lebih banyak ketika mereka dipaksa berhenti. Itu bisa berupa sekadar kelelahan bekerja atau alokasi investasi berisiko yang tak bisa dikelola. Di ujung lain ada Rajat Gupta dan Bernie Madoff, yang mencuri karena menganggap tiap dolar layak dikejar, apa pun konsekuensinya.
Apa pun itu, ketidakmampuan menolak mengejar potensi uang akhirnya akan merepotkan Anda. Jika harapan naik bersama hasil, tidak ada logika- nya untuk mengusahakan lebih karena Anda akan merasakan hal yang sama sesudah berusaha lebih keras. Jadinya berbahaya ketika keinginan merasakan lebih-lebih banyak uang, kekuasaan, gengsi-menaikkan ambisi lebih cepat daripada kepuasan. Dalam hal demikian, satu langkah maju mendorong tiang gawang dua langkah ke depan. Anda merasa seolah ketinggalan, dan satu-satunya cara mengejar adalah menanggung risiko yang makin lama makin besar. Kapitalisme modern sangat hebat dalam dua hal: menciptakan
kekayaan dan menciptakan rasa iri. Barangkali keduanya ber-
gandengan; ingin mengalahkan sesama bisa menjadi pendorong kerja keras. Namun kehidupan tak asyik tanpa rasa cukup. Kebahagiaan hanyalah hasil dikurangi harapan, katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H