Begitulah, Ada meninggalkan masa kelamnya, menjemput kebebasannya. Meskipun jalan yang ditempuh luar biasa terjal. Bahkan ketika di tempat pengungsian, tak ada satu pun calon orang tua asuh yang mau menerima mereka. Satu-satunya yang mau hanya wanita aneh super introvert, itu pun dengan sedikit paksaan dari petugas evakuasi yang sudah putus asa.
Tapi inilah titik awal Ada menemukan dirinya, menemukan persahabatan, menemukan kembali kasih sayang yang tak pernah didapatkan dalam hidupnya, dan lebih penting lagi menemukan harapan dan masa depannya.
Buku ini mengaduk-aduk emosi sejak awal, tapi lebih daripada itu, nilai-nilai yang digelontorkan sepanjang cerita membuat saya tak pernah menyesal membelikannya untuk Putri saya.
Buku ini mengajarkan tentang banyak hal, saking banyaknya tidak mungkin dikupas satu per satu. Kita bahas beberapa saja ya.
Pertama: Pentingnya Tidak Menunda
Kalau saja Ada terus menunda-nunda untuk belajar berjalan, ia tidak akan pernah bisa menjemput kebebasannya.
Sering kali kita menunda-nunda belajar atau melakukan sesuatu hal, karena merasa belum perlu atau mustahil kesempatan akan datang. Tapi seperti pepatah bilang, kesuksesan adalah ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan.
You never know.
Kedua: Pentingnya Tahan Banting
Berada di posisi Ada benar-benar bisa menghancur-leburkan mental. Ibu yang abusive, tubuh yang cacat, dan ketiadaan support system sama sekali.
Tapi Ada menghadapi hari-harinya dengan tabah. Ia tidak berusaha mengakhiri hidupnya atau melakukan hal-hal yang negatif. Ia melakukan hal positif yang dia bisa.Â